Kompleks istana Xian Yang sesudah termakan api besar nyaris semuanya musnah, api tersebut telah membuat hasil karya "abadi" yang dibangun dengan jerih payah oleh Qin Shi Huang (baca: Chin She Huang, kaisar pemersatu Tiongkok pada sekitar tahun 200 SM) lenyap tak berbekas dalam sekejap. Sebuah dinasti telah runtuh, dinasti berikut menanti tampil ke atas panggung......
Wang Fu yang gagal berkultivasi menjadi dewa, berdiri di atas jalan
Penjaga pintu mendengar si pendatang adalah seorang kultivator yang paling disegani Kaisar, maka tak berani berlama-lama. Segera melaporkannya ke dalam. Tak lama kemudian, seorang abdi dalem yang khusus untuk melayani kultivator keluar menyambut Wang Fu. Lalu mengantarnya ke istana untuk meracik ramuan. Wang Fu lantas tinggal di
Kaisar Lalim Membantai Kultivator, Mengubur Hidup-hidup Pengikut Konghucu
Qin Shihuang sering mengutus orangnya untuk mengambil obat di ruang itu. Pengejarannya terhadap kehidupan abadi hari demi hari semakin menggebu. Sang kaisar selain mengumpulkan para kultivator dari berbagai daerah demi membuat ramuan untuk dirinya, juga acap kali berkelana mengunjungi tempat-tempat bertuah. Mendambakan bertemu dengan dewa.
Selain itu pula beberapa tahun yang lalu, ia mengutus Xu Fu memimpin ribuan pasang taruna laki dan perempuan melaut mencari pil panjang usia (red.: konon mereka juga mendarat di pulau Jepang).
Kaisar juga mengutus Han Zhong, Hou Gong, Lu Sheng dan Shi Sheng bepergian ke empat penjuru untuk memperoleh obat dewa, hanya saja seluruh upayanya sia-sia saja.
Qin Shi Huang mendengar kabar apabila kediaman seorang raja diketahui orang, pil dan obat-obatan panjang usia tak bakal berhasil dibuat di bumi. Ia sangat mempercayai hal tersebut dan memerintahkan 270 gedung istana di dalam radius 100 km satu sama lain dihubungkan dengan selasar yang tertutup kain tenda, dijejali dengan lonceng besar dan para dayang istana, tiada seorangpun boleh membocorkan keberadaan kaisar, yang melanggar diancam hukuman mati.
Pada suatu hari sebuah dokumen kemiliteran darurat yang dikirim dari perbatasan langsung disampaikan ke istana dimana Qin Shi Huang sedang singgah.
Kaisar langsung marah besar, menganggap pengawal pribadinya telah membocorkan jejaknya. Pada saat ia menginterogasi tentang siapa yang membocorkan dan tiada yang mengaku, lantas memerintahkan seluruh punggawa di istana tersebut untuk dihukum mati.
Maka para kultivator yang sependapat meninggalkan tempat tersebut dan berpencaran ke empat penjuru. Setelah mendengar berita itu, Qin Shi Huang sangat murka dan memerintahkan orang-orang yang melayani para kultivator yang tidak sempat melarikan diri, seluruhnya diceburkan sampai mati ke dalam sungai.
Ia bahkan ikut menyalahkan para cendekiawan aliran Konghucu dan memerintahkan pejabatnya menginterogasi mereka, bahwasanya murid-murid Konghucu tersebut baru bisa dihapus dosa-nya apabila menuntut/melaporkan orang lain. Kemudian Qin Shi Huang memerintahkan penggalian sebuah lubang besar untuk mengubur hidup-hidup sejumlah 460 cendekiawan Konghucu yang divonis bersalah.
Ketika para kultivator berembuk hendak hengkang, kebetulan Wang Fu tidak di tempat, oleh karenanya tak sempat bertindak tepat pada waktunya. Ia digiring oleh petugas militer ke tepi sungai bersama-sama dengan orang-orang yang tidak sempat atau tidak ingin hengkang.
Sebagian besar kultivator yang memiliki ilmu sejati dalam menghadapi nasib apes tidak terlalu ambil pusing, karena ilmu supernormal mereka cukup mumpuni dalam melewati lintasan maut yang akan dihadapi.
Yang patut dikasihani ialah para bocah yang meladeni pekerjaan serabutan kaum kultivator, dengan senyap hilang ditelan air sungai. Nyawa di bawah kekuasaan lalim betapa tak memiliki arti! Kemampuan Wang Fu hanya dapat menolong 2 bocah, dengan menyusuri aliran sungai mereka tiba pada tempat yang aman, ia menyuruh mereka mencari sendiri jalan kehidupannya, lantas ia sendiri berkelana ke empat penjuru untuk melanjutkan kunjungannya ketempat para dewa demi mencari Dao (jalan menuju kesempurnaan).
Kota Raja Abadi, Dilalap Si Jago Merah
Pada masa pemerintahan Qin Shi Huang tahun ke 37, utusan yang datang dari Guandong di dalam perjalanannya bertemu dengan seseorang yang mengatakan kepada utusan tersebut, "Tahun ini leluhur naga akan mati."
Tatkala utusan tersebut hendak menanyainya, orang tersebut ternyata secara misterius menghilang dengan tiba-tiba. Si utusan melaporkan kejadian tersebut seutuhnya kepada Qin Shi Huang. Sang kaisar terdiam cukup lama, seusai jam kerja ia mengatakan kepada pengawalnya, ia menganggap itu adalah ramalan tentang kematiannya.
Kultivator yang ia tampung sudah dia habisi, tiada orang lagi yang bisa membuatkan obat untuk panjang usia. Cendekiawan aliran Konghucu juga telah dieksekusi, tidak ada seorangpun yang berdaya menangkal musibah tersebut, maka dengan terpaksa Qin Shi Huang minta bantuan peramal.
Juru ramal menyatakan bahwa ia harus berkelana baru bisa menghindari nasib buruk. Itulah sebabnya Qin Shi Huang memutuskan sekali lagi berkelana ke seluruh negeri. Hu Hai, anak bungsu Qin Shi Huang mengagumi kewibawaan ayahnya ketika berkelana, memohon hendak ikut. Qin Shi Huang akhirnya membawa serta Hu Hai dan patih Li Si, komandan regu kendaraan tengah, Zhao Gao dan lain sebagainya menapaki perjalanan tamasyanya yang terakhir.
Qin Shi Huang mendadak mati di dalam perjalanan, Li Si dan Zhao Gao memanipulasi
"Pemusnah dinasti Qin adalah Hu (red: sesuai pameo yang bergulir kala itu)". Sang kaisar penerus sama lalimnya dengan ayahnya, tetapi lebih tidak becus dibandingkan ayahnya, maka Zhao Gao yang licik memegang kendali pemerintahan dari balik layar.
Kaisar Qin II melanjutkan tindakan pemerintahan yang kejam dan menindas, pada awal pemerintahannya telah menghadapi gelombang pemberontakan di berbagai tempat dan tak mampu mengatasi dengan efektif.
Qin II mengagungkan sang ayah, meneladaninya dalam segala hal. Pembangunan istana A Fang dihentikan lantaran kematian Qin Shi Huang, agar para tenaga dan dananya dapat dialihkan ke gunung Li untuk menuntaskan pembangunan makam Qin Shi Huang.
Seusai pemakaman Qin Shi Huang, Qin II tak menghiraukan nasehat, tetap meneruskan pembangunan istana A Fang. Ia hanya bertahta selama 3 tahun, lantas dibunuh oleh Zhao Gao.
Saudaranya yang bernama Zi Ying dinobatkan sebagai raja (boneka), tetapi hanya bertahta tidak sampai 50 hari, pasukan Liu Bang (baca: Liu Pang. red: Pendiri dinasti baru, dinasti Han) datang menyerbu, runtuhlah dinasti Qin.
Kelompok istana Xian Yang sesudah api besar lewat nyaris musnah, api tersebut selain membuat peradaban dinasti Qin musnah dalam sejarah, juga bersamaan dengan itu telah menjadi preseden buruk, yakni dikala dinasti baru lahir, peradaban dinasti sebelumnya dibabat habis.
Dinasti Qin dari mempersatukan Tiongkok hingga keruntuhannya, usianya hanya bertahan 15 tahun, adalah dinasti ke 2 di dalam sejarah Tiongkok yang memiliki usia terpendek (Satu peringkat di bawah dinasti Zhou Utara semasa dinasti Utara Selatan yang hanya berumur 14 tahun). Hasil karya fundamental "abadi" Qin Shi Huang yang diraih dengan susah payah, tiga tahun setelah kematiannya telah musnah dalam sekejap. Semua orang dari zaman dulu hingga kini telah mengetahui, perihal penyebab keruntuhan (sebuah dinasti) bahkan hanya dibutuhkan penjelasan dengan sebuah ungkapan yakni "Pemerintahan dengan politik kekerasan pasti musnah."
Sebuah dinasti telah runtuh, dinasti selanjutnya tampil di atas panggung (sejarah). Daratan Tiongkok bagaikan panggung opera, tontonan besar sejarah tak henti-hentinya datang pergi silih berganti. (whs/Epochtimes)