Para remaja, apa lagi pria, jarang yang tidak menyukai olahraga. Olahraga dapat merupakan sarana penyaluran antusiasme dan vitalitas mereka yang bergelora. Kegiatan olah raga para remaja, lebih mementingkan partisipasi, menang atau kalah sebenarnya tidaklah begitu penting.
Yang mereka butuhkan adalah kegiatan dan bermain bersama teman. Bagi orang tua, kegiatan olahraga memberi kesempatan bagi anak untuk mempelajari semangat kebersamaan, membangun persahabatan, menyehatkan jiwa raga, melatih kemauan.
Seorang anak yang mengikuti kegiatan olahraga, dipandang dari sudut manapun merupakan hal yang baik. Orang tua bukan saja harus mendorong anak untuk mengikutinya, hendaknya juga secara aktif berpartisipasi dalam olahraga yang disukai sang anak, berbagi kegembiraan olahraga bersamanya. Ketahuilah, pada saat seorang anak berada dalam keadaan yang paling bergembira juga merupakan kesempatan yang terbaik untuk berkomunikasi.
Di sini ada sebuah contoh kasus. Pada saat tim baseball Toronto Blue Jays berturut-turut memenangkan juara pertama, James tertarik pada baseball. Meskipun ayah dan ibu James sama sekali tidak mengerti baseball, untuk mendorong sang anak mengikuti olahraga paling populer di Amerika Utara ini, mereka telah membelikan bola, tongkat dan sarung tangan baseball. Hampir setiap minggu ibu James akan mendampingi sang anak menonton pertandingan baseball. Setiap kali tim sekolah sang anak mengikuti pertandingan, ayah dan ibu selalu menyediakan waktu untuk menjadi supporter.
Setelah sampai di Sekolah Lanjutan Atas, James berpartisipasi dalam regu bola voli sekolah, kegairahan terhadap olahraga sangat besar, pada masa-masa pertandingan selalu berangkat pagi pulang malam. Ayah dan ibu sepenuhnya mendukung James, berpartisipasi di garis belakang, mengantar sang anak bertanding, bahkan menjadi tukang antar jemput teman-teman dalam regunya.
Setiap kali pertandingan, ayah ibu selalu setia duduk di panggung penonton, selalu mengamati sang anak, diam-diam memberikan dorongan pada sang anak untuk bermain dengan baik. Ketika memperoleh kemenangan, sekeluarga bergembira baginya; ketika kalah bertanding, memberinya hiburan dan dorongan.
Orang tua James mengetahui, berpartisipasi dalam regu baseball dan regu voli sekolah dapat memupuk semangat berkelompok sang anak, memberi sang anak kesempatan untuk berkumpul dan bertumbuh bersama anak-anak seusianya.
Pada akhir minggu dan masa liburan, orang tua James mengajaknya mengikuti kelas renang dan ski, bahkan mendampingi sang anak bermain ski dan berlari-lari. Orang tua James sangat jelas bahwa sang anak bukan saja harus mempunyai pengalaman dalam perjuangan tim, juga butuh penguatan keterampilan hidup mandiri.
Orang tua James mempunyai tujuan yang sama memupuk anak dalam kegiatan belajar musik dan olahraga: mereka mengharapkan pengembangan yang menyeluruh bagi sang anak, sehingga dia dapat belajar, hidup dan bekerja dengan lebih dan beragam.
Perlu kejelasan akan tujuan sang anak mengikuti kegiatan olahraga yaitu untuk menguatkan jiwa raga, memupuk semangat kerja sama tim.
Bila seorang anak bergairah terhadap olahraga, orang tua hendaknya mendukung, menjadi suporter sang anak, menjadi pendukung di garis belakang.
Sama seperti mendorong sang anak belajar musik, orang tua pertama-tama hendaknya mengetahui dengan jelas motif anak dalam mengikuti kegiatan olahraga. Kebanyakan remaja mengikuti kegiatan olahraga, tidak lain karena ingin mengadakan kegiatan bersama dengan kawan dan teman sekolah, sedangkan orang tua justru mengharapkan sang anak melalui berolahraga melatih tubuhnya.
1. Regu olahraga sekolah banyak ragam, boleh mendorong anak memilih kegiatan olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuhnya sendiri, misalnya: yang bertubuh jangkung, suka berlari dan melompat bisa memilih basket, voli atau sepak bola; anak yang tidak begitu suka kegiatan yang berat boleh mencoba tenis meja dan bulu tangkis.
2. Ada sekolah yang fasilitas olahraganya agak bagus, boleh mendorong anak mencoba kegiatan olahraga jenis lain, seperti: bola tenis, squash, baseball atau bola hoki.
Apabila sekolah tidak memiliki fasilitas olahraga, orang tua boleh mencoba melakukan kegiatan di luar rumah dengan sang anak, misalnya berenang, senam, berlari, berjalan jarak jauh dan lain-lain.
Bila sang anak menyukai olahraga yang modis, asalkan terjamin keamanannya, boleh membiarkan sang anak untuk mencoba, misalnya papan luncur, ice skating atau senam dan lain-lain. Apalagi di kota besar, terdapat komunitas pusat-pusat kegiatan olahraga yang dapat memenuhi kebutuhan olahraga di luar sekolah.
Bila sang anak tidak mau mengikuti kegiatan olahraga, atau tidak lagi mengikuti pertandingan, orang tua boleh melakukan pekerjaan persuasif, namun jangan memaksa.
Kata-kata terlarang
1. Kalau kamu kali ini tidak pergi, lain kali jangan mencari kami lagi.
2. Kamu jangan sekali-kali mundur di tengah jalan, tidak akan kami ijinkan.
3. Kamu mengundurkan diri seperti ini, teman sekolahmu akan memandang rendah dirimu, kami pun akan mendapat malu.
Hubungan olahraga dan belajar harus ditangani dengan baik. Ada orang tua yang mengawatirkan belajar anak akan terbengkelai karena ikut dalam kegiatan olahraga, sehingga berusaha mengaturkan penuh waktu luang anak. Bila melihat sang anak mengikuti kegiatan olahraga ekstra kulikuler, akan sangat marah dan langsung menganggap sang anak terlalu suka bermain.
Kata-kata terlarang yang lain
1. Sesungguhnya, kemana saja kamu sejak pulang sekolah?
2. Mengapa nilai ujianmu jelek kali ini? Karena waktu belajarmu telah ditendang habis di sepak bola.
3. Apa gunanya setiap hari berolahraga, yang penting nilai pelajaranmu bagus, kalau tidak hanya maju ototmu sedangkan otakmu tidak maju.
Peringatan kecil
Sekalipun kita sangat menginginkan anak mengikuti berbagai kegiatan olahraga, tetapi akhirnya si anaklah yang menentukan pilihannya sendiri. Kita dapat melakukan pekerjaan persuasif, namun tidak boleh mewakilinya mengambil keputusan.
Sang anak melatih tubuh, sebisa mungkin orang tua ikut berpartisipasi, memberikan dukungan besar, melakukan kerja di baris belakang dengan rajin, partisipasi dan perhatian sedemikian juga merupakan salah satu cara baik untuk mempererat hubungan orang tua dan anak. (Wang Qiang/The Epoch Times/prm)