Pejabat Inggris dan Perancis kemarin mengakui, dua kapal selam tenaga nuklir bertabrakan di Atlantik awal bulan ini, ini membuktikan insiden memalukan yang menyangkut teknologi tinggi yang sangat sensitif.
Jonathon Band seorang First Sea Lord Inggris, mengkonfirmasi laporan kecelakaan yang dilaporkan media, ia mengungkapkan " HMS Vanguard " dari Inggris dan " Triomphant” dari Perancis saat itu "sedang melakukan rentetan patroli di Samudera Atlantik. "
Ia membuat pernyataan singkat kepada wartawan bahwa: " dua kapal selam dalam kecepatan yang sangat rendah berbenturan, tidak ada personil yang terluka." Dalam ungkapannya: "tidak membahayakan keselamatan nuklir."
Awalnya Menteri Pertahanan Perancis juga mengkonfirmasi tabrakan " Le Triomphant " dengan obyek yang tak dikenal berhubungan dengan kecelakaan kapal selam nuklir Inggris, dua kapal tersebut sedang melakukan rentetan patroli di Samudera Atlantik .
Seorang juru bicara Angkatan Laut Prancis memberitahu kepada Agence France Presse (AFP): "Ini adalah insiden pertama yang terjadi dalam lebih dari 400 kali patroli."
Laporan media Inggris mengatakan, kecelakaan terjadi pada subuh 4 Februari, dua kapal mengalami kerusakan, karena tabrakan tetapi bagian peralatan nuklir tidak rusak.
Harian "The Sun" Inggris dan "Daily Telegraph" melaporkan bahwa kapal selam Inggris sekarang sudah ditarik kembali ke basis di Faslane Barat Skotlandia untuk perbaikan.
Dua kapal selam dilengkapi dengan sonar untuk mendeteksi kapal lainnya. Informasi melaporkan bahwa dua kapal membawa 250 awak kapal, ketika tabrakan ke dua kapal masih dalam menyelam berlayar untuk melaksanakan tugas masing - masing.
Terhadap peristiwa kecelakaan kapal selam ini, editor " Jane's Fighting Ships " dan Jenderal Stephen Saunders pensiunan Angkatan Laut mengatakan ini adalah " kejadian yang sangat serius." "Tidak diragukan lagi, ada beberapa hal-hal teknis masih tunggu penyelidikan, tampaknya akar permasalahannya adalah dalam hal prosedur, dua kapal selam ini tidak seharusnya muncul pada tempat yang sama, walaupun dua kapal selam muncul pada satu wilayah yang sama, jika dua kapal selam saling tabrakan, harus ketemu nasib sial baru bisa, yaitu dua kapal harus muncul pada lokasi yang sama dan kedalaman air yang sama. "
Lee Willett think tank Inggris, pemimpin proyek penelitian kelautan Royal United Services Institute, RUSI mengatakan bahwa hal kasus ini termasuk murni khusus.
Lee Willett berkata: "Kapal selam ini adalah strategi pusaka negara, penangkisan nuklir di laut seluruh tujuannya adalah untuk menyembunyikan ke dalam tempat yang sama sekali tidak dapat dilihat dan juga tak terpikirkan."
Dia berkata, "Dua kapal selam tidak mampu menemukan pihak lawan, sebenarnya tidak begitu mengejutkan," jelasnya, mayoritas kapal selam, terutama kapal misil balistik modus operasi adalah operasi berbuat sesuatu dengan sembunyi, melaksanakannya dalam kondisi tak terdeteksi. "
Lee Willett berkata: "Kapal selam tersebut tidak akan menggunakan sonar untuk memberitahukan tempat keberadaannya, dan juga sulit untuk mengidentifikasi target di bawah, karena ada kebisingan di sekitarnya." (erabaru.or.id/lim)