Pada empat ratus tahun Sebelum Masehi, terdapat sebuah negara yang tadinya sangat makmur. Sejak raja yang baru mewarisi tahta dan setelah memegang segala kekuasaan, sang raja berusaha keras memakmurkan negara hingga tanpa tidur dan beristirahat. Akan tetapi negaranya makin hari malah semakin lemah dan suram. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan sang raja baru, juga membuatnya merasa bingung?!
Dalam kebingungan itu, sang raja lalu berangkat menuju ke sebuah kuil ternama yang berada di gunung, hendak meminta petunjuk dari guru besar. Ketika raja telah sampai di sana, dia melihat sang guru besar sedang duduk diam di atas batu dengan kaki bersila, matanya sedang menatap ke arah lembah yang ada di dekat sana dan merenung.
Setelah raja tersebut menjelaskan maksud kedatangannya dan kesulitan yang sedang dia hadapi, sang raja dengan sangat tulus menahan nafas menantikan bimbingan dari sang guru besar. Akan tetapi sang guru tidak mengeluarkan satu patah kata pun juga, hanya tersenyum dan memberi isyarat untuk mengikutinya turun gunung.
Akhirnya mereka sampai di tepi sebuah sungai yang sangat besar dan lebar, sang guru menatap ke arah sungai termenung sebentar, lalu dia menggunakan kayu membuat api unggun di tepi sungai.
Ketika hari sudah mulai petang, tumpukan kayu itu dinyalakan. Nyala api semakin lama semakin besar, guru besar membiarkan sang raja duduk bersamanya di samping api unggun. Berdiam tidak mengeluarkan satu patah kata pun, menatap kobaran api besar yang memecah kegelapan malam.
Hingga dinihari. Seiring dengan hari semakin terang, nyala api juga berangsur-angsur menjadi padam.
Saat itu, sang guru besar baru membuka suara, "Sekarang apakah Anda telah mengerti faktor apa yang menyebabkan Anda tidak bisa mempertahankan kemakmuran negara seperti raja yang sebelumnya?"
Sang Raja sama sekali tidak mengerti maksud perkataan dari sang guru besar. Wajahnya penuh dengan keraguan, akhirnya ia pun bertanya kepada sang guru, "Maafkan ketidak-tahuan saya, mohon guru besar memberi petunjuk."
Sang guru besar tidak langsung memberikan jawaban, sebaliknya dia balik bertanya, "Kemarin setelah duduk semalam suntuk, kesan apa yang telah diberikan kobaran api yang besar itu kepada Anda?"
Sang raja menjawab, "Tadi malam kobaran api itu telah memperlihatkan kekuatan yang begitu dahsyat, memecah kegelapan malam yang pekat, sepertinya memiliki kekuatan untuk menantang segala benda dan makhluk yang berada di alam, serta menyapu bersih segala rintangan yang ada."
Sang guru bertanya lagi, "Kobaran api yang dahsyat itu setelah lewat, dia menyisakan apa?"
"Sekarang ini hanya tinggal seonggok abu dan sedikit sisa kehangatan saja," jawab sang raja.
Kemudian sang guru bertanya lagi, "Lalu sungai besar yang berada di samping kita, setelah melewatkan semalaman, kesan apa yang dia tinggalkan untuk Anda?"
"Air sungai itu hanya diam-diam mengalir, dia sangat tenang, hampir saja tidak merasakan keberadaannya."
Sang guru bertanya, "Tempat-tempat yang dilalui oleh sungai ini, pemandangan apa saja yang terlihat oleh Anda?"
Raja menjawab, "Tanah luas nan hijau, bunga-bunga bermekaran, serta pepohonan besar nan subur."
Selanjutnya sang guru besar berjalan menuju ke tepi sungai, memandang aliran sungai yang mengalir itu, tidak melanjutkan pembicaraan, meninggalkan sang raja yang sepertinya sudah tersadarkan itu dan diam-diam merenung.
Api bisa menantang kegelapan malam, akan tetapi setelah bahan kayunya terbakar habis, dia hanya menyisakan seonggok abu saja. Sedangkan aliran sungai selamanya mengalir dengan tanpa bersuara, memberi gizi kepada tanah luas nan hijau, bunga-bunga yang bermekaran, serta pepohonan besar yang subur. Ini merupakan kekuatan dari ketenangan. (The Epoch Times/lin)