Tadinya ia hanyalah umbi yang kecil, tidak anggun, juga tidak ternama dan tidak berpengaruh, tetapi dia tidak menghiraukan semuanya itu. Tidak peduli di dalam tanah, di dalam air, mendapatkan banyak atau sedikit sinar matahari, dia tetap tumbuh berakar dan bertunas dengan diam-diam, berusaha tumbuh menjadi besar, dia bagai seorang manusia yang tidak akan bergembira karena mendapatkan sesuatu juga tidak akan sedih karena kehilangan sesuatu, dia bagai seorang terpelajar berhati hambar yang rela bersembunyi di dalam kota…
Musim dingin tahun lalu, saya pergi ke rumah teman baik saya Yeti. Kali pertama saya melihat tanaman semacam itu tumbuh di mangkuk keramik kecil yang berisi air. segerombolan daun hijau tumbuh tinggi dan tegak, indah dan anggun, membuat orang menyukainya.
Karena itulah, tanaman tersebut muncul di atas meja tulis, ruang tamu, dan di kantor saya. Tanaman itu hanyalah tanaman rambat yang umum didapat. Selain itu sangat mudah dipelihara.
Hanya dengan menyimpan satu dua umbi kecilnya selama dua hari dan dibiarkan bertunas, lalu dimasukkan ke dalam mangkuk tanah liat kecil yang berisi air, kemudian biarkan dia perlahan-lahan tumbuh daun yang hijau, sampai di sini boleh dikata sudah mencapai keberhasilan.
Selama musim dingin pertumbuhan bunga itu sangatlah lamban. Oleh karena nutrisi di dalam air tidak mencukupi, maka daun-daunnya sangat kurus, tumbuh berdiri di atas tangkai daun, ada kemiripan dengan daun Liquidambar Acalycina, sungguh terlihat sangat menarik.
Musim panas udara sangat panas, bunga itu tumbuh dengan cepat, walau perlu sering digunting untuk dirapikan, tetapi juga ada perasaan yang lain, cita rasa yang berbeda.
Keelokan bunga rambat itu terletak pada kepolosannya, sederhana dan anggun seperti seorang gadis desa, tanpa memakai kosmetik. Dengan wajah polos dan asli menghadapi orang, tidak menunjukkan kegenitan, cantik alami. Asalkan Anda polos dan sederhana maka akan nampak keelokan Anda.
Karena indahnya, dilihat dari bentuk, warna serta wataknya, maka bunga rambat itu biarpun tidak berbunga, tetapi posturnya indah semampai, warnanya menyenangkan, tidak seperti seba-gian bunga-bunga yang ternama, yang membanggakan diri karena harganya mahal, sedang bunga rambat meski tidak mahal harganya, tetapi justru inilah yang patut dihargai. Keindahannya itu tidak ternilai harganya, tumbuh dari kecerdasan dan perhatian Anda.
Yang lebih penting adalah daun bunga ini bisa memberikan banyak sekali pencerahan kepada kita, mengajarkan kita menghargai diri sendiri.
Bagi diri saya, ia telah membuat diri saya menyadari rahasia kehidupan, mengetahui dengan jelas rahasia kehidupan, dan mengenali nilai-nilai kehidupan. Setiap orang bisa menjadikannya sebagai guru.
Tadinya dia hanyalah umbi yang kecil, tidak anggun, juga tidak ternama dan berpengaruh, tetapi dia tidak menghiraukan semuanya itu.
Tidak peduli di dalam tanah, di dalam air, mendapatkan banyak atau sedikit sinar matahari, dia tetap tumbuh berakar dan bertunas.
Dengan diam-diam, berusaha tumbuh menjadi besar, dia seperti seseorang, yang tidak akan bergembira karena mendapatkan sesuatu, dan juga tidak akan bersedih karena kehilangan sesuatu. Dia bagai seorang terpelajar berhati hambar yang rela bersembunyi di dalam kota.
Satu pot kecil bunga rambat, harganya tidak seberapa, tidak seperti sebagian bunga-bunga kenamaan yang harganya tinggi dan digemari oleh semua orang, setiap hari dikeluarkan untuk disiram dan diberi pupuk, dilindungi dengan berhati-hati, begitu tumbuh tunas baru atau tumbuh benang emas, akan membuat si pemilik girang bukan main, dipenuhi oleh kegembiraan karena nilainya.
Sedangkan bunga rambat hanya tumbuh di suatu sudut secara diam-diam. Dia merupakan teman sejati Anda, sedang menantikan Anda datang setiap saat untuk bercengkrama. (Jin Shi/The Epoch Times/lin)