Susu, sejak dulu dipandang sebagai salah satu makanan pokok bagi bayi dan anak-anak untuk menyerap gizi, namun seorang ahli memperingatkan, bahwa kelewat batas mengonsumsi susu bukan saja tidak baik terhadap pertumbuhan kesehatan anak-anak, sebaliknya dapat mengakibatkan anemia.
Menurut rekomendasi ahli gizi anak-anak, ketua dokter dari pusat kesehatan wanita dan anak-anak Kota Tianjin, dr. Liu Rong Nian, dalam pengobatan klinik ditemukan, sejumlah besar bayi dan anak-anak karena terlalu bergantung pada susu mengakibatkan kekurangan zat besi dalam tubuh dan kekurangan vitamin. Zat besi adalah unsur dasar menghasilkan darah, dan vitamin tertentu adalah zat yang mendorong penyerapan zat besi, jika zat besi tidak cukup dapat mengakibatkan tubuh anak-anak menjadi lemah, mudah mengantuk dan lelah, terjadi anemia kekurangan zat besi. Namun, jumlah kandungan zat besi pada susu agak kurang, lagi pula terhadap penyerapan zat besi dalam susu prosentasenya hanya 10%. Saat ini di China kurang lebih ada 1/3 bayi dan anak-anak menderita kekurangan zat besi atau anemia.
Ketika bayi baru lahir dapat memperoleh jumlah zat besi yang cukup dari tubuh sang ibu, dalam proses menyusui, rasio penyerapan zat besi dalam kandungan susu ibu dapat mencapai 50%, namun setelah genap 6 bulan, maka perlu penambahan zat besi melalui makanan. Saat ini cara utama sebagian besar bayi mencukupi gizinya adalah minum susu. Susu, meskipun kaya akan gizi, namun jumlah kandungan zat besi rendah, susu yang dijual di pasar atau supermarket, dalam 1.000 cc mengandung 0,5-2 mg zat besi, sedangkan bayi yang berusia 1 tahun setiap hari harus menyerap kurang lebih 6 mg zat besi dari makanan. Lagi pula zat besi dalam susu mudah mendapat pengaruh fosfor dan kalsium tinggi dalam susu membentuk kandungan zat besi senyawa yang tidak melarut, tidak dapat diserap tubuh dan dimanfaatkan. Selain itu, kandungan Vitamin C dalam susu yang dapat meningkatkan rasio penggunaan dan penyerapan zat besi agak sedikit, lagi pula saat ini sebagian besar keluarga menggunakan perkakas dari metal untuk merebus susu, mudah menyebabkan Vitamin C dalam susu teroksidasi. Dan selain itu, masa bayi dan kanak-kanak asam lambung memang kurang, untuk penyerapan Vitamin C tidak baik, dengan demikian bisa menurunkan lagi rasio penyerapan zat besi dalam susu.
Dokter Liu Rongnian menganjurkan, di bawah kondisi ibunya tidak dapat menyusui bayi atau setelah bayi tidak menyusui lagi, seyogianya secara layak memberi tambahan makanan pelengkap, serta keanekaragaman makanan. Setelah usia 4-5 bulan, seyogianya secara berangsur-angsur ditambah dengan kuning telur, daging, sayur mayur hijau, buah-buahan serta makanan yang kandungan zat besi tinggi dan makanan yang kaya vitamin, melalui makanan mencukupi zat besi. (erabaru.or.id)*