Dewasa ini yang paling dikhawatirkan orang-orang ialah flu babi yang penyebutannya selama ini kurang tepat. Sekarang ini telah diubah menjadi Flu jenis baru, yakni type A, H1N1.
Bagi orang-orang yang selama ini mendewakan ilmu pengetahuan, mereka dahulu sering mengatakan, ilmu pengetahuan umat manusia sudah sangat maju, satelitpun telah naik ke angkasa, berbagai peralatan moderen seperti ultrasonografi, resonansi magnetis nuklir scanner dan lain-lain serta obat-obatan tingkat tinggi seolah kemajuannya tiada henti.
Usia manusiapun juga bertambah, seolah kemajuan ilmu pengetahuan telah mengurangi penyakit umat manusia, namun kenyataannya bukanlah demikian.
Menurut para pakar kedokteran, kemampuan umat manusia dalam menangkal penyakit yang eksis sejak zaman kuno memang betul telah meningkat, akan tetapi penyakit jenis baru yang diderita oleh manusia zaman sekarang semakin lama juga semakin banyak saja. Dilihat secara menyeluruh, iptek telah berkembang pesat, macam penyakit umat manusia malah bertambah banyak, dan sebagian besar penyakit baru tersebut berhubungan langsung dengan perkembangan iptek.
Virus jenis baru H1N1 kali ini justru terdiri dari gabungan 3 macam virus yakni: virus babi, virus manusia dan virus burung. Banyak ilmuwan mempercayai, penggunaan secara sembarangan bio breeding moderen dan zat aditif kimiawi membuat virus di dalam tubuh babi setelah mengalami penggabungan ulang menjadi lebih mudah berkembang-biak.
Untuk memperpendek masa pertumbuhan dan memperbaiki kualitas daging babi, orang-orang melakukan rekayasa genetika dan menggunakan beraneka macam zat aditif. Meski secara permukaan iptek terlihat berhasil, setelah direkayasa, usia babi potong berkurang hampir separuh, daging tanpa lemak juga lebih banyak. Orang yang menyantap daging babi menemukan bahwa rasa daging telah berubah (identik dengan rasa daging ayam kampung dan ayam dari peternakan yang berbeda), ada yang bahkan mati keracunan lantaran mengonsumsi sisa zat kimiawi aditif yang tersisa di dalam daging.
Orang-orang juga menemukan, perkembangan iptek yang telah berubah bentuk ini, menyebabkan perubahan cuaca, sedangkan cuaca yang berubah adalah faktor penting bagi metamorfosa virus.
Flu yang oleh manusia zaman sekarang disebut influenza (Liu Gan / 流感), pada zaman kuno dinamakan Wen Yi (瘟疫). Jauh hari pada dinasti Han Timur (25-220), orang Tiongkok kuno di dalam kitab Huang Di Nei Jing (黃帝內經) dan Shi Ji (史記) menunjukkan: perubahan phenology adalah salah satu faktor penting mewabahnya penyakit influenza. … Zhu Kezhen pakar phenology terkenal sangat setuju dengan konsep-konsep tersebut.
Lu Suo pada 259 tahun yang lalu pernah mengatakan: perkembangan iptek pada akhirnya tidak bermanfaat bagi umat manusia. Gandhi pada 60 tahun yang lalu mengatakan, iptek yang tidak memperhatikan kemanusiaan bisa membawa kehancuran bagi umat manusia.
Perkembangan iptek pada masa awal terdiri atas mesin uap, tenaga listrik dan peralatan lainnya. Umat manusia kala itu sepertinya masih mampu mengendalikan iptek, tetapi kini seiring dengan iptek telah memasuki bidang lapisan molekular dan partikel, pengendalian dan pengoreksian manusia atas iptek berubah semakin sulit.
Tak heran banyak ilmuwan Eropa dengan tegas menghambat bahan makanan transgenik, tapi dalam menghadapi Partikel Collider Super Besar tidak memiliki kekhawatiran dan kerisauan:
Perubahan ekstrem inti atom di dalam kondisi mikroskopis semacam ini barangkali berlangsung terus menerus dan (tanpa kita sadari) menghancurkan total ruang partikel. Semakin banyak saja orang yang kini percaya terhadap perkataan Lu Suo.
Kerusakan terbesar yang didatangkan ilmu empiris bagi umat manusia adalah ia mengingkari eksistensi Tuhan, dan menyangkal pengekangan spiritual moralitas, melepas tanpa kendali keserakahan manusia, sehingga telah mengakibatkan hukuman alam semesta. Hati manusia telah berubah buruk, inilah penyebab pokok penyakit telah bertambah banyak . (Wang Hua/The Epoch Times/whs)