Alkisah di sebuah negara Asia bagian selatan terdapat sebuah kota kecil, penduduknya terdiri dari orang-orang yang egois, tidak berperasaan dan hanya memikirkan diri sendiri. Pada suatu hari, penduduk kota itu berkerumun di suatu tempat.
Seorang laki-laki paro baya dengan suara yang bengis berkata “Cepat katakan! Kantong gandum kering ini engkau yang mencuri ?!”
Dodo dengan kaget menggelengkan kepala “Bukan! Bukan, tadi saya temukan ditempat ini !….” sambil menunjuk tempat di mana ditemukannya.
“Kamu berdusta! Beberapa waktu ini kita sering kekurangan bahan makanan, pasti engkau yang mencurinya!“ kata laki-laki itu.
Dodo menjadi takut dan menangis “Tidak, saya tidak melakukannya !!“
Laki-laki itu mengambil kantongan gandum tersebut, dengan tanpa bicara, ia mengambil sebuah kayu memukul Dodo, “Jangan banyak bicara, engkau sudah mencuri, aku akan menghajar mu……”
Kulalo yang bersembunyi di balik rumput, dengan gelisah menyepakkan kakinya berkata “Engkau lihat, engkau lihat, gadis kecil itu dipukul!“ Lalito dengan mengernyitkan alisnya, tidak berkata apa-apa.
Tanpa berpikir banyak Kulalo dengan sedikit ketakutan hendak keluar mengatakan kepada kerumunan orang bahwa kantong itu benar-benar ditemukan oleh gadis kecil itu, gadis kecil tersebut tidak mencuri dan dia hanya difitnah.
Kulalo memutarkan kepalanya dan berkata kepada Lalito “Saya hendak ke luar mengatakan yang sebenarnya.”
Ketika Kulalo hendak membalikkan badannya ke luar, Lalito menarik badannya dan berkata “Kulalo, engkau tidak boleh pergi, engkau sudah lupa moral manusia sudah semakin merosot, kita tidak usah mencampuri!”
Mendengar perkataan Lalito, Kulalo mengurung niatnya dan mundur kembali, tetapi Kulalo dengan hati sedih memperhatikan gadis kecil tersebut dipukuli, dengan sedih dia menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya….. Lalito melihat kejadian demikian kemudian menarik Kulalo kembali ke dunia manusia kerdil.
Pada saat kayu menghantam ke tubuhnya, Dodo seharusnya merasa sangat sengsara, tetapi dalam hatinya dia tidak mendendam mereka, cuma merasa sangat sakit kenapa tidak ada orang yang percaya kepadanya.
Kulalo berada di rumahnya di bawah tanah, dengan menarik-narik rambutnya, berjalan ke sana ke mari, hatinya sedih dan bingung, walaupun papanya dan mamanya sering menasehati dia, tidak boleh sembarang ke luar dan melihat ke dunia manusia, tetapi dalam pikiran Kulalo masih terbayang pandangan mata tidak bersalah dari Dodo, dia sangat ingin pergi melihat Dodo.
Kulalo kemudian memutuskan “Saya akan pergi dengan diam-diam tentu tidak ada yang mengetahui.” Dan teringat “Gadis kecil tersebut menderita luka, saya akan mengambil obat untuknya.”
Kemudian dengan diam-diam Kulalo mengambil persedian obat yang ada di rumahnya, dengan tergesa-gesa keluar dari rumahnya.
Ketika Kulalo tiba di samping tempat tidur Dodo, dia sedang tidur. Dengan kedua mata tertutup rapat, di kedua pipinya masih terlihat bekas air matanya, melihat hal tersebut membuat hati Kulalo sangat sedih, dia menginginkan setiap orang hidup dengan gembira, dan melihat kesengsaraan orang lain, dia merasa sedih.
Kulalo berusaha memindahkan sebuah mangkuk kecil yang terletak di meja ke pinggir tempat tidur Dodo, tetapi walaupun dengan segenap tenaganya mangkuk kecil tersebut hanya bergeser sedikit, sambil mengeluarkan tenaganya dia mendorong, dengan pelan-pelan mangkuk tersebut bergeser ke pinggir meja.
Prang, mangkuk tersebut jatuh ke tanah dan pecah !
Dengan terkejut Dodo terbangun, Kulalo sendiri juga merasa terkejut, dengan cepat dia bersembunyi di balik pecahan mangkuk, tetapi topi Kulalo yang berwarna merah terlihat sangat jelas.
Dodo melihatnya, dengan sedikit takut berkata :”Siapa,? Siapa yang berada di sana?”
Kulalo yang penakut dengan gelisah dan tergagap menjawab :”Tidak! Tidak! Tidak ada orang di sini.”
Setelah mendengar suara Kulalo, ketakutan Dodo berkurang, orang-orang yang tinggal di kotanya, biasanya berbicara dengan kasar, setelah mendengar suara Kulalo yang lembut dan sabar, Dodo menjadi tertawa :”Saya tidak mengetahui Anda siapa, tetapi suaramu enak di dengar.”
Kulalo tidak menyangka gadis kecil ini akan memuji dia, dengan gembira dan berkata :”Benar,! Benarkah demikian.”
Dodo juga dengan lembut berkata :”Benar, tetapi siapakah engkau sebenarnya? Dapatkah engkau ke luar bertemu dengan saya ?”
Dengan kikuk Kulalo menampakkan wajahnya dari pecahan mangkuk, tetapi badanya masih bersembunyi di belakang pecahan mangkuk.
Dodo sangat terkejut :” Oh, orang kerdil, legenda tentang orang kerdil, benarkah ada?”
Kulalo dengan muka merah, dan tersendat-sendat berkata :” Saya adalah manusia kerdil, saya bernama Kulalo.”
Dodo tersenyum dengan manis :”Saya bernama Dodo, kenapa engkau datang ke sini?”
Kulalo berkata :”Saya, saya datang melihat engkau, dan membawa sedikit obat, tetapi, tetapi saya tidak dapat memindahkan mangkuk. Terlalu, terlalu besar, maaf, saya memecahkan mangkuk Anda !”
Selamanya tidak ada seorang pun yang memperhatikannya sampai demikian dengan mata berkaca-kaca dia berkata :” Tidak apa-apa, Kulalo!”
Kulalo berjalan mendekati Dodo, “Apakah engkau benar-benar manusia kerdil?”
Kulalo melihat ke dodo dan berkata : “ Apakah engkau tidak melihat saya begitu kecil?”
Dodo mengelengkan kepala berkata “Tidak, saya berpikir orang kerdil hanya cerita dongeng, bukan benar-benar ada !“
Kulalo sekarang sudah merasa agak rilex dengan pengertiannya dia mencoba menjelaskan : “Kami tinggal di bawah tanah, sudah lama sekali manusia tidak melihat kami lagi.” dengan isyarat tangannya Kulalo coba menjelaskan :”Sebenarnya sudah berapa lama saya juga tidak tahu.”
Dodo dengan tertawa berkata : ”Saya tinggal di sini, dengan papa, mama dan adik lelaki saya, kami menjual buah-buahan dan biasanya saya membantu menjaga toko.”
Kulalo kemudian teringat, dengan cepat dia menuangkan obatnya ke pecahan mangkuk dan terus mengaduk sampai berwarna hijau.
Dodo sangat ingin tahu : ”Apakah ini?”
Kulalo berkata :”Obat yang saya buat untukmu, setelah engkau memakannya akan terasa tidak sakit lagi, sekarang engkau dapat meminumnya.”
Obat yang dengan susah payah diaduk Kulalo kemudian dituangkan ke mulut Dodo, tetapi sebenarnya hanya beberapa tetes kecil, Dodo menjilat mulutnya yang dingin dari tetesan obat tersebut, sebentar kemudian dia merasakan badannya menjadi ringan dan tidak berapa sakit lagi.
Dodo sangat gembira :”Terima kasih, Kulalo.”
Kulalo melihat ke arah Dodo, dan berkata dengan segan :”Sebenarnya, saya tahu karung gandum tersebut kamu ambil di pinggir jalan, maaf karena saya pengecut, tidak berani ke luar membela kamu.”
Dodo berkata :”tidak apa-apa, Kulalo, saya masih harus berterima kasih. Oh, sekarang terasa tidak sakit lagi. Saya sangat gembira lho! Kulalo, dapatkah kita menjadi teman baik?.”
Dengan gembira Kulalo, terus mengangguk kepala, dia sangat menyukai gadis kecil yang baik ini.
Kulalo berkata :”tetapi Dodo, engkau jangan memberitahukan pertemuan kita kepada orang lain ya?.”
Dodo menganggukkan kepalanya berjanji.
Kulalo kemudian teringat hari sudah gelap dan sudah mendekati jam makan malam, dengan cepat dia menyalami tangan Dodo, sambil berkata : ”Jika lain kali engkau memerlukan saya, dengan hati yang tenang engkau menyebut nama saya, saya akan mendengar. Selamat berjumpa Dodo !”
Dengan berat hati Dodo melambaikan tangan kepada Kulalo.
Di bawah tanah, juga dapat tumbuh berbagai tumbuhan, semuanya adalah untuk keperluan hidup orang kerdil. Setiap orang kerdil harus rajin bekerja untuk mendapatkan makanannya, karena ketua mereka selalu berkata : ”Ada yang didapat dan ada yang kehilangan, dengan bekerja bersusah payah baru bisa hidup!”
Di negeri orang kerdil, ada sebuah lapangan yang siang malam disinari matahari, Kulalo dengan gembira sering keliaran dan bermain-main di lapangan ini. Di lapangan dia dapat memandang dapur rumahnya yang mengeluarkan harumnya masakan, dengan meloncat-loncat Kulalo pulang ke rumahnya.
“Papa, saya sudah pulang !”
Kulalo mendorong pintu rumahnya, sambil melepaskan topi merahnya.
Papa Kulalo sedang duduk di meja makan, mukanya yang terang memakai sebuah kaca mata kecil, bertanya : “Kulalo, dari manakah engkau?”
Kulalo menjawab :” Dari lapangan, papa.”
Dengan mata disipitkan dia berkata kepada anaknya : “Jangan setiap hari bermain terus, engkau harus membantu pekerjaan rumah ! “
Dengan mengangguk, dia menuju ke dapur mencari mamanya.
Mamanya sedang sibuk memasak. Kulalo berkata : “Hai, mama, jangan masak terlalu banyak, nanti kita tidak kuat memakan lho.”
Mamanya menjawab : “engkau tidak kuat makan, tetapi papamu kuat makan, saya tidak menyiapkan bagian untuk kamu lho.”
Kulalo dengan gembira melihat ke piring makanan yang disediakan mama untuknya. Di piring itu terletak sayuran hijau dan kacang-kacangan. Kulalo berpikir: ”Saya sebenarnya tidak suka makanan hasil olahan mama, makanan tersebut sangat tidak enak.”
Sebelum makan, keluarga ini berdoa kepada kekuatan misteri alam semesta, yang memberikan kedamaian dunia. (erabaru.or.id)*