Dalam pencaharian tentang asal usul umat manusia, antropolog tersohor Louis Leakey mengutus 3 wanita muda ke Afrika dan
Galdikas amat risau, bahwa banyak sekali pertanyaan yang untuk selamanya tak akan terjawab. Sampai usia berapa Orang Utan dapat hidup di alam bebas? Berapa besar revier/wilayah kekuasaan para jantannya? Dengan berapa betina mereka kawin selama hidup mereka?
"Saya berusaha untuk tidak depresi" kata ilmuwan dari Kanada yang menetap di Tanjung Puting itu dan seraya membungkukkan badannya untuk mengangkat tinggi seekor bayi orang utan yatim-piatu yang induknya terbunuh tatkala mencari pangan di ladang.
"Akan tetapi, apabila kita menerawang wilayah ini dari udara, Anda akan terkaget-kaget. Yang terlihat hanya kelapa sawit di wilayah dimana sebelumnya hanya terdapat hutan tropis. Di
Kebutuhan akan minyak kelapa sawit meningkat tajam di Eropa dan AS, semenjak ia dipuji sebagai alternatif "bersih" dibandingkan dengan BBM yang selama ini umum dipakai.
Akan tetapi perkebunan kelapa sawit memusnahkan hutan hujan tropis dan menghasilkan hutan homogen/monokultur yang didalamnya orang utan tak dapat bertahan hidup. Beberapa tahun belakangan ini Galdikas telah berjuang melawan pembalak liar, pemburu liar dan penambang liar, toh bahaya bagi mahluk-mahluk yang ia lindungi tak pernah sebesar seperti sekarang ini.
Sesuai estimasi para ahli saat ini hanya terdapat 50.000 hingga 60.000 saja orang utan di alam bebas, 90% diantaranya hidup di Indonesia. Apabila hutan mereka dibabati terus, ini mengancam kelangsungan hidup mereka. Pada saat ini setiap jam pohon-pohon yang ditebangi seluas 300 buah lapangan sepak bola. Dan ancaman besar kebakaran hutan menjadikan
Taman Nasional Tanjung Puting yang seluas 4.150 km2 terletak di ujung selatan pulau
Ibu dan Anak 8 Tahun Tak Terpisahkan
Tanjung Puting sendiri juga tidak aman. Problemnya sebagian terletak pada sebuah perselisihan antara pemerintah pusat dan propinsi mengenai jalur perbatasan. Andaikata propinsi yang dimenangkan, taman tersebut akan menyusut sebanyak 25 persen.
Galdikas studi antropologi di
Dia menemukan bahwa Orang Utan betina menjadi ibu pada usia 15 tahun dan kemudian melahirkan hanya setiap 8-9 tahun. Hubungan antara induk dan anaknya termasuk paling erat diantara semua mamalia: Tujuh atau delapan tahun pertama keduanya tak terpisahkan. Sebaliknya sebagai satwa dewasa hidup mereka lebih sebagai penyendiri, mereka menggunakan waktunya untuk mencari buah-buahan atau tidur.
Melepas Ke Alam Bebas Yang Aman Semakin Sulit
Salah satu proyek terpenting Galdikas ialah sentral rehabilitasi di sebuah desa terletak di luar taman nasional. Tempat itu dipenuhi dengan 300 lebih satwa yatim-piatu yang induknya dibunuh oleh pekerja perkebunan. Oleh karena hutan raya itu telah lenyap, para Orang Utan menyerbu persawahan dan mencabuti tunas yang baru tertanam dari dalam tanah. „Banyak diantara mereka datang ke sini dengan luka parah, kekurangan gizi, trauma jiwa dan raganya“, kata sang ilmuwati tersebut. Dan semakin sulit saja untuk menemukan hutan yang aman dimana mereka seusai penyembuhan dapat dilepas kembali ke alam bebas.
Menteri Malem Kaban berkata, pemerintah
Galdikas untuk sementara ini mengandalkan pertumbuhan turisme di taman nasional. Sebab untuk perlindungan alam tidak ada iklan yang lebih baik daripada menginap secara pribadi di rimba raya. Barang siapa pada suatu ketika bisa beruntung bertukar pandang dengan seekor Orang Utan, bahwa tak ada perbedaan antara manusia dan alam. Apabila mereka punah, kita kehilangan lagi sebuah keluarga di dunia ini. Dan apakah kita betul-betul hendak hidup sendiri di planet ini??“ (Whs)