Pulau Bali adalah pulau kecil, tetapi kandungan nilai tradisi, seni, sejarah dan budaya tidaklah sekecil wilayahnya. Peninggalan seni, sejarah dan budaya ini hampir tersebar di sembilan wilayah kabupaten dan kotamadya yang ada di Pulau Dewata. Penelusuran peninggalan sejarah, seni dan budaya kali ini adalah Relief Yeh Pulu.
Relief batu cadas kuno ini terletak di Desa Bedulu (Bedahulu), Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Lokasi jalan masuk menuju objek wisata air suci itu tidak jauh dari jalan utama menuju ke tempat wisata Tampak Siring dan Kintamani, dengan jarak tempuh sekitar 40 menit dari Kota Denpasar.
Monumen berupa relief yang menjadi daya tarik para wisatawan, khususnya wisatawan asing ini mulai ditemukan tahun 1925 oleh punggawa atau keluarga Kerajaan Ubud. Nama itu diambil dari gentong (atau tempat penyimpanan beras masa lalu) yang berada di tengah sumbu air yang disucikan yang terletak di sebelah barat relief. Kata Yeh dalam bahasa daerah Bali berarti air dan Pulu berarti gentong.
Daya tarik monumen ini bukan saja karena keunikan pahatan relief yang diabadikan pada batu cadas dinding bukit, akan tetapi hamparan sawah yang selalu tertata rapi dan terjaga lestari memancarkan keindahan alami. Tidaklah salah kalau ceruk-ceruk (goa) yang ada di selatan relief ditengarai sebagai tempat pertapaan Raja Bali Kuno yang terakhir sebelum runtuhnya Bali ke tangan Majapahit pada tahun 1343.
Relief yang bernuansa magis dan penuh makna ini memiliki panjang 25 meter dan tinggi 2 meter. Banyak penelitian yang dilakukan baik oleh para pakar dari dalam maupun luar negeri untuk mengenali makna yang tersirat di balik relief dinding tebing batu cadas perbukitan ini. Sehingga banyak tafsiran dan analisis yang muncul untuk menguak tabir misteri di balik makna sejati dari relief ini.
Relief Yeh Pulu (Photo: Alimin-Erabaru)
Bila diamati, relief yang terpahat ada yang menggambarkan seorang laki-laki memikul guci, seorang nenek tua duduk santai dan seorang laki laki berdiri menghampiri untuk memberikan sesuatu. Selanjutnya akan terlihat seorang Pertapa dengan tangan sembah sujud, di sebelahnya terdapat perempuan dengan sejumlah perhiasan kuno, tiga ekor kera, dan seorang laki-laki berambut panjang sedang menunggang kuda, dua orang laki-laki menyerang binatang dengan senjata tradisional, perkelahian antara katak dan ular, serta dua laki-laki memikul lima ekor babi, dan terakhir terlihat dengan jelas seorang perempuan memegang ekor kuda yang sedang ditunggangi seorang pria.
Monumen Yeh Pulu ini sudah dilengkapi dengan sebuah tempat suci yang berfungsi sebagai pura subak (organisasi tradisional yang menangani masalah pengairan) yang menambah suasana keindahan komplek relief ini.
Kolam Air Suci (Photo: Alimin-Erabaru)
Yeh Pulu kini menjadi bagian dari paket wisata arkeologi menarik. Sebab, pengunjung dapat menikmati suasana pedesaan, berjalan kaki menelusuri persawahan yang indah sambil menyaksikan gerombolan burung-burung liar sebelum sampai ke lokasi objek.
Tempat bersejarah lainnya yang menjadi alternatif pilihan dalam paket ini adalah Goa Gajah peninggalan sejarah abad 11, pura Penataran Sasih (peninggalan nekara perunggu terbesar di Asia) dan pura pusat kerajaan Bali kuno terakhir (Pura Kebo Edan), Gunung Kawi (candi tebing dan wihara abad ke-11), Tampak Siring serta keindahan Pura Tirtha Empul.
Kemasan paket tur ini tentunya cukup ideal dan sayang untuk dilewatkan. Bukan saja bagi wisatawan asing, tetapi juga wisatawan nusantara. Khususnya bagi program studi tur untuk siswa dan mahasiswa.