Lampu-lampu neon itu mengandung air raksa (mercury) yang tidak mudah di daur ulang dan produksinya itu mengakibatkan kerusakan lingkungan. Akan tetapi banyak pemerintahan di dunia mengatakan CFL (Compact Fluorescent Light, lampu neon padat) harus menggantikan bola lampu pijar tradisional dalam selang beberapa tahun berikutnya.
Lebih dari 40 negara, yang dipelopori Australia termasuk Kanada dan Amerika sudah mulai setahap demi setahap menghapus pemakaian bola lampu pijar. Sebagian besar rencananya untuk melarang penjualan bola lampu pijar sampai 2011-2012 dan mengatur undang-undang untuk beralih ke CFL.
CFL hanya menggunakan 75 persen energi yang dibutuhkan untuk menghidupkan bola lampu pijar, dengan demikian mengurangi gas rumah kaca, secara besar-besaran mengurangi kebutuhan energi untuk penerangan dan menghemat uang tagihan listrik rumah.
Tetapi bentuk bola lampu yang aneh, yang datang dalam berbagai jenis dan bentuk, telah menerima beberapa tekanan yang buruk akhir-akhir ini, di mana para kritikus mengatakan lampu-lampu itu dipertahankan lebih lama untuk menjalankan efisiensi, tetapi tidak ramah lingkungan dan dapat menyebabkan bahaya kesehatan yang serius bagi individu-individu tertentu.
Dinas Kesehatan Kanada memulai suatu studi pada Desember lalu yang menaruh perhatian terhadap bola lampu hemat energi yang memancarkan radiasi sinar ultra-violet itu. Hasil awalnya akan dikeluarkan pada akhir musim panas atau awal musim gugur.
Dinas Perlindungan Kesehatan Inggris mengumumkan pada Oktober lalu, bahwa dalam jarak dekat CLF memancarkan sinar UV (Ultra Violet) yang tingkatnya sama dengan tingkat penyinaran UV di luar ruangan saat terik matahari di musim panas. Lampu itu tidak berbahaya pada saat lampu itu jaraknya lebih dari 30 cm (1 kaki) jauhnya atau jika lampu itu terbungkus dalam gelas, kata dinas tersebut.
Semakin kuatnya cahaya yang dipancarkan CLF ini telah dituduh oleh Spectrum, yaitu suatu badan sosial Inggris yang bekerja dengan orang-orang yang kondisinya peka terhadap cahaya, dituduh menyebabkan terjadinya penyakit kepala migrain dan timbulnya bintil-bintil merah pada kulit serta memberatkan kondisi pada penyakit seperti lupus, penyakit mata dan epilepsi.
Dalam menanggapi keputusan pemerintah Inggris yang melarang secara teratur pemakaian bola lampu pijar sampai 2011. Spectrum terus melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan dampak kesehatan dari CLF. Mereka menegaskan sebanyak 340.000 orang dapat terkena.
Sementara itu Britons sedang menimbun bola lampu tradisional. Toko-toko perlengkapan listrik di Amerika melaporkan kekurangan bola lampu 100 watt untuk persediaan para pelangganannya sebelum lampu-lampu tersebut disingkirkan dari rak barang.
Keluhan-keluhan lain dari CFL adalah lampu yang paling tidak bisa difungsikan dengan saklar peredup (dimmer) atau sebagai lampu keamanan yang dapat dinyalakan secara elektronik, mereka terlalu redup untuk membaca dan jenis lampu yang lebih dingin, lampu yang paling tidak cocok dengan tudung lampu, perlu waktu untuk memanaskan dan banyak yang tidak dapat digunakan di lemari es, open atau microwave karena lampu-lampu ini terlalu dingin ataupun terlalu panas sehingga lampu-lampu itu tidak dapat difungsikan.
Lalu adanya gangguan persoalan air raksa. Setiap CFL mengandung lima miligram air raksa dalam wujud uap yang bila diembunkan banyaknya sebesar ujung pena yang kecil, yang mana berarti jika sebuah CFL pecah, maka air raksanya itu akan tersebar melalui udara.
“Ketika air raksa itu dalam wujud uap dan Anda menghirupnya, air raksa itu dengan sangat mudah dapat masuk ke otak. Jika Anda hamil air raksa itu dapat masuk ke plasenta, dapat masuk ke air susu ibu. Jadi ada suatu permasalahan yang nyata dengan wujud air raksa yang berupa uap ini,” kata Magda Havas, profesor peninjau bidang lingkungan dan sumber daya pada Universitas Trent.
Baik Sumber Daya Alam Kanada maupun Dinas Perlindungan Lingkungan di Amerika, memberitahukan bahwa bila sebuah CFL pecah, maka ruangan itu harus segera dibebaskan dari manusia dan hewan peliharaan, udaranya harus segera dikeluarkan serta pecahan kacanya tidak boleh di sedot dengan penghisap vakum.
Havas mengatakan hal ini karena uap air raksa itu masih akan tinggal pada penghisap vakum dan akan menyebarkan uap air raksa itu kembali setiap kali penghisap vakum itu digunakan.
“Apakah pemerintah sudah melakukan penelitian yang layak, pastinya belum. Mereka hanya menerima hal ini sebagai sesuatu yang terbaik bagi masa depan. Bila mereka terus saja seperti itu, maka saya pikir itu adalah suatu kesalahan.”
Theo Paradise-Hirst adalah kepala perencanaan penerangan Inggris, yang berdasarkan Max Fordham sebuah perusahaan pemenang penghargaan rancangan teknologi yang berspesialisasi dalam efisiensi energi dan sistem pertahanan untuk jasa pelayanan gedung dan lingkungan yang lebih luas.
Paradise-Hirst mengatakan bahwa ada banyak “biaya yang terlupakan” dalam memproduksi CFL, yang sebagian besar dibuat di Tiongkok.
“Proses, limbah dan hasil samping yang ditimbulkan dalam memproduksi CFL adalah mengerikan. Saya pernah berada di Timur Jauh dan melihat pabrik-pabrik di mana lampu-lampu ini diproduksi, limbah racun serta hasil sampingnya menguatirkan.”
Ia mengatakan itu karena banyak CFL diproduksi di negara-negara di mana “Masalah lingkungan dan hak asasi manusia diabaikan begitu saja”, terus-menerus mengimpornya adalah “Menutupi kekurangan pertanggungan jawab kita terhadap lingkungan”.
“Dengan adanya produk-produk yang dihasilkan dengan cara ini kita sedang memindahkan tanggung jawab lingkungan kita kepada masyarakat yang demi keuntungan komersil tidak dapat dimintai pertanggungan jawabnya.”
Meskipun beberapa toko bangunan di AS seperti Canadian Tire, Home Depot dan Ikea setuju mengirimkan CFL untuk di daur ulang, namun Paradise-Hirst maupun Havas justru menguatirkan bahwa akan banyak yang berakhir di tempat pembuangan, sehingga melepaskan air raksa dan bahan-bahan kimia lain ke lingkungan.
Paradise-Hirst juga mengatakan proses pembuangan CFL adalah “sangat kompleks dan membutuhkan banyak energi.”
Betapapun gerakan ramah lingkungan mempertahankan pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) dengan suatu proyeksi lima juta ton setahun dalam mengimbangi kelemahan yang mungkin dimiliki CLF. Keith Stewart seorang analis perubahan iklim di WWF (World Wildlife Fund) berpikir bahwa CLF mempunyai andil.
Stewart mengatakan walaupun berisikan air raksa, “CFL masih merupakan pilihan yang baik karena Anda dapat mengambil kembali air raksa itu dan menggunakan-nya kembali, sebaliknya sekali saja menaikkan timbun-an batu bara tidak akan ada yang dapat Anda lakukan terhadapnya. Semakin banyak air raksa yang dilepaskan ke lingkungan dari pembakaran batu bara untuk kebutuhan energi tambahan yang diperlukan untuk menyalakan sebuah bola lampu pijar biasa daripada yang ada dalam sebuah CFL.
Ia mengatakan CFL mengalami banyak perbaikan dalam 10 tahun terakhir dan memprediksikan sampai 2012 akan ada pilihan lain yang bakal tersedia.
Havas mengatakan suatu studi di mana ia ikut serta yang akan dikeluarkan akhir tahun ini menemukan suatu pilihan yang jauh lebih efisien daripada CFL, yaitu LED (Light Emitting Deode/ Deode yang dapat Memancarkan Cahaya).
Untuk memberikan sejumlah penerangan yang sama seperti bola lampu tradisional 60 watt, sebuah CFL akan menggunakan 15 watt sedangkan LED hanya menggunakan sekitar 3 atau 4 watt dan tidak mengandung air raksa, katanya. Namun LED masih baru bagi pasar dan masih cukup mahal, begitu juga CFL beberapa tahun yang lalu.
Stewart mengatakan ada bola lampu yang berbahan dasar silikon yang sekarang ini menjadi pelopor di Kanada yang juga tidak mengandung air raksa dan menggunakan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan CFL maupun LED.
Karena neon sepertinya suatu teknologi yang sudah dipakai secara menyeluruh sejak memasuki abad terakhir, Paradise-Hirst percaya telah tiba waktunya untuk mendukung teknologi yang baru, termasuk LED, lampu plasma yang telah ditemukan oleh Nikola Tesla dan sesuatu yang ramah lingkungan, yaitu bola lampu energi tinggi yang efisien yang diproduksi oleh Ceravision yang mana menggunakan teknologi gelombang mikro (microwave).
Dalam pada itu kita harus sungguh-sungguh mengurangi cahaya. “Kita perlu memeriksa penggunaan energi kita dengan semakin penuh pertimbangan,” katanya.
“Seandainya semua lampu-lampu jalan di seluruh belahan bumi dikurangi 50 persen setelah pukul 2:00 malam, itu akan menghemat sejumlah energi yang sangat berarti.” (pls)