Bruce Lee dan Ye Wen (sebelah kiri), guru leluhur ilmu silat Yong Chun. (Foto: internet) |
Andaikata saja Bruce Lee (Dalam bahasa Mandarin terkenal dengan nama: Li Xiaolong/baca Li Siaolung 李小龍) tidak sukses, barangkali tak banyak orang yang dapat mengingat eksistensi guru budimannya: Ye Wen.
Ia semenjak kanak-kanak belajar ilmu silat. Meski menguasai jurus maut, tetapi ia selamanya tidak suka menindas yang lemah, bertindak hanya demi keadilan, ia selama hidupnya mempertahankan spirit moralitas seni bela diri tradisional Tiongkok yakni: Mau belajar silat harus memperbaiki dulu akhlak dan mementingkan nilai-nilai spiritual daripada keuntungan materi, ia sangat rendah hati, tidak suka para murid memanggilnya dengan sebutan Shifu (baca: She fu = suhu/guru), mereka pada menyebutnya Paman Wen.
Ye Wen 葉問 (1893-1972, lebih tersohor dengan nama dalam dialek Hongkong: Ip Man 葉問), nama aslinya Ye Juwen, berasal dari clan Sang Yen Ye – Fo Shan 佛山, sewaktu kecil sudah menyukai ilmu bela diri, pada usia 7 tahun, ia berguru ilmu silat Yong Chun (Di Hongkong terkenal dengan nama dialek: Wing Chun 詠春) kepada Chen Huashun murid eksklusif (Waktu itu perguruannya belum go public ) dari Liang Zhuan 梁贊-guru besar ilmu silat Yong Chun.
Oleh karena Ye Wen selain berbakat besar, yang lebih penting ia juga memiliki akhlak yang baik, maka itu Chen Huashun semakin menyayangi murid tersebut, ……….. Setelah gurunya meninggal, Ye Wen mengikuti suheng (Kakak seperguruan) Wu Chongsu memperdalam ilmu silatnya, hingga berusia 16 tahun ia menuntut ilmu (bahasa asing) di Hongkong.
Pencapaian Inti Sari Ilmu Silat Yong Chun
Sewaktu Ye Wen menuntut ilmu di Hongkong, bertepatan dengan zaman kaum penjajah mengagresi Tiongkok, pada suatu hari sewaktu Ye Wen ke luar rumah menyaksikan 7-8 serdadu asing sedang terang-terangan mengganggu perempuan Tiongkok di jalan, para pejalan kaki hanya berani memlototinya tapi tak berani menegur, terdorong oleh jiwa ksatrianya Ye Wen gusar dan segera menghentikan ulah mereka maka para serdadu itupun berkelahi dengannya.
Oleh karena pihak lawan berjumlah banyak, Ye Wen mulai terdesak, pada saat itu seorang pemuda juga terjun ke dalam perkelahian dan secara bersama-sama menghajar mereka hingga babak belur dan melarikan diri, pada saat berterima kasih ia mengetahui pemuda tersebut ternyata adalah putra guru leluhur Yong Chun, Liang Zhuan, yang bernama Liang Bi, langsung ia mengangkatnya sebagai guru, Liang Bi juga tidak menolaknya, maka dalam masa beberapa tahun ia menuntut ilmu bersamaan dengan itu memperoleh pula inti sari ilmu silat Yong Chun.
Sesudah selesai dengan tugas belajarnya ia kembali ke kampung halaman dan menjabat sekretaris biro detektif Fo Shan, kala itu Ye Wen yang sudah sarat dengan ilmu silat canggih bersama dengan suheng kedua, Wu Chongsu dan beberapa kolega menekuni dan memperdalam ilmu silat serta mulai menerima murid di Fo Shan. Seringkali mereka membantu menertibkan keamanan dengan membasmi kejahatan, nama Ye Wen kala itu mulai tersohor di Fo Shan.
Tahun 1937 terjadi insiden 7 Juli (Jepang mengagresi Tiongkok), dan tahun 1938 serdadu Jepang sudah menguasai Fo Shan, pasukan Jepang sudah mendengar kehebatan Kungfu Ye Wen maka sangat berminat mengangkatnya sebagai instruktur bela diri di kesatuan polisi militer, tetapi Ye Wen dengan alasan nasionalisme secara tegas menolak undangan kesatuan polisi militer Jepang.
Polisi militer Jepang demi menarik Ye Wen, maka mengutus seorang berilmu silat tinggi untuk menjajal ilmu Ye Wen, taruhannya apabila Ye Wen dikalahkan harus mengikuti kehendak mereka. Di bawah situasi tak bisa lagi menolak, Ye Wen terpaksa meladeninya, Ye Wen dengan ilmu silat Yong Chunnya yang canggih berada di atas angin, tetapi tidak mengeluarkan jurus mematikan.
Sesudah mengalahkan lawannya ia hanya mengatakan: “Anda telah mengalah” dan melompat keluar dari arena serta meninggalkan tempat itu sendirian. Ye Wen sesudah kejadian pertarungan tersebut mulai membantu tentara Guo Min Dang (Nasionalis) dalam melawan agresi Jepang, ia mewariskan ilmunya kepada sahabat yakni pedagang kaya Fo Shan, Zhou Yugeng dan para bawahan perusahaan tekstilnya “Lian Chang”.
Kungfu Mutlak Bukan Barang Dagangan
Sementara itu ia menerima murid perdananya bernama Guo Fu, Ye Wen sangat mementingkan pemilihan berdasarkan sifat dasar seseorang, ia sering berkata: “Murid memilih seorang guru yang baik, tentu sulit, tetapi guru memilih seorang murid yang baik, lebih sulit”
Guo Fu mulanya adalah seorang fakir miskin, tetapi ia sangat menggandrungi belajar ilmu silat, dan memiliki akhlak yang baik dan sangat tekun, di dalam proses pengangkatan guru selama ½ tahun itu Guo Fu telah melumerkan Ye Wen dan diterimalah ia sebagai murid.
Pada awalnya Guo Fu saking gembiranya melakukan ritual pengangkatan dan memanggil dengan keras Shifu/guru, tetapi Ye Wen dengan serius berkata, sama sekali jangan memanggil Shifu. Kemudian, para senior seperguruan baru mengatakan kepada Guo Fu bahwa Ye Wen adalah seorang yang sangat rendah hati, ia tidak suka dipanggil Shifu, para murid memanggilnya “Paman Wen”, di dalam penempaan selama 5 tahun itu, Ye Wen sangat puas dengan Guo Fu yang giat maka menurunkan jurus mautnya kepada Guo Fu.
Tahun 1949 PKC mendirikan pemerintahan, oleh karena Ye Wen pada masa perang melawan Jepang pernah membantu pasukan Nasionalis dan ada yang melaporkan, maka demi tak sampai menyeret keluarganya, pada 1950 Ye Wen datang sendirian ke Hongkong, dikenalkan oleh sahabat yang bekerja di agentur Koran, Li Min, ia pernah menerima murid di Jalan Hai Tan dan kemudian di Jalan You Ma Di Li Da.
Di dalam 20 tahun sesudah itu ia terus bergiat menyebar-luaskan silat Yong Chun. Bruce Lee juga di masa itulah bergabung di perguruan Ye Wen.
Bruce Lee di kemudian hari karena beremigrasi ke AS dan belum sempat menguasai keseluruhan ilmu silat Yong Chun dan setelah Bruce Lee ternama di dunia film, ia pernah berkunjung secara pribadi ke Ye Wen, berharap bisa mempelajari metode pancang manusia kayu dari Yong Chun, dan mengusulkan menukarnya dengan harga sebuah apartemen dengan imbalan mempersilakan Ye Wen pribadi memamerkan keseluruhan metode pancang manusia kayu, serta mengambil filmnya untuk dibawa ke AS untuk dipelajari sendiri.
Tetapi ditolak oleh Ye Wen, sejumlah murid beranggapan penawaran menggiurkan dari Bruce Lee ini tidak diterima oleh Shifu sungguh disayangkan, namun Ye Wen berpendirian asalkan murid sungguh hati dalam penguasaan ilmu, maka akan melatih dengan saksama, mutlak tak boleh menjadikan Kungfu sebagai barang dagangan, selama hidupnya Ye Wen selalu mematuhi prinsip tersebut.
Ye Wen juga beranggapan, “Belajar silat mendahulukan moral" dan “Mementingkan nilai-nilai spiritual dan memandang ringan keuntungan”, ia selama hidupnya memberikan pelatihan, tapi tak pernah memasang papan nama, juga tidak pernah memasang iklan, ia berpendapat silat justru harus mencegah kekerasan dan mempertahankan perdamaian umat manusia.
Usia Ye Wen meski telah melewati 70 tahun masih saja pada tengah malam keliling 4 penjuru membantu menjaga keamanan daerahnya, pernah terjadi ada penjahat mengeluarkan pisau menjambret pejalan kaki, ia menghadang, sesaat kemudian hanya terdengar si penjahat tertendang dan terpental 5 meter jauhnya dan pingsan.
Jalan Li Da menjadi tempat aman satu-satunya di Hongkong, juga dikarenakan hal tersebut Ye Wen seringkali menerima penghargaan dari Pemerintah Hongkong, memperoleh sebutan “Warga kota jempolan”.
Pada masa tuanya, harapan terbesar Ye Wen adalah pewarisan kebudayaan dan membesarkan Ilmu silat Yong Chun ke seluruh pelosok dunia, setelah ia wafat, para muridnya melanjutkan pengembangan Ilmu silat Yong Chun ke berbagai negara di Eropa dan AS, menjadi ilmu silat kenamaan di dunia. Setelah Ye Wen wafat oleh semua kalangan ia diakui sebagai “Guru Besar Zaman kini”.(Whs)