Ikan paus Balin, seperti halnya ikan paus Bungkuk, hidup terutama dari krill (rebon), semacam udang crustacea yang merupakan sumber asam lemak omega-3 istimewa. (GETTY IMAGES) |
Asma adalah suatu kondisi yang ditandai dengan penyempitan saluran udara di paru-paru. Peradangan saluran udara adalah ciri umum lainnya, dan hal ini mungkin diiringi dengan adanya ingus (mucus) yang pastinya dapat menambah gangguan pada saluran udara. Gejala umum dari asma aktif adalah nafas pendek, bersin-bersin, dan batuk-batuk.
Ada berbagai macam pemicu asma. Beberapa pemicu ini berasal dari dalam tubuh (misalnya, makanan), sementara pemicu lainnya berasal dari luar tubuh. Pemicu dari luar tubuh seperti serbuk sari, jamur spora, polusi, dan kotoran kutu-rumah.
Saya tertarik membaca studi tentang pendekatan melalui nutrisi yang diujikan terhadap sekelompok penderita asma yang alergi pada kutu-rumah. Pengobatan yang diujikan adalah dosis 0,6 gram campuran lemak Omega-3 perhari. Studi berakhir lima minggu. Selama studi dua minggu terakhir, para partisipan dihadapkan pada kutu-rumah penyebab alergi.
Peserta studi dimonitor dengan beberapa tes, termasuk sejumlah nitric oxide (nitrogen monoksida) yang mereka hirup. Tes ini menyediakan pengukuran secara tidak langsung pada sejumlah peradangan di saluran pernafasan. Terlepas dari Omega-3 yang relatif berdosis rendah yang digunakan di studi ini dan waktu yang cukup pendek, pengobatan aktif (dibandingkan dengan placebo) dapat menurunkan nitric oxide (nitrogen monoksida) yang dihirup secara signifikan.
Dengan kata lain, mengonsumsi Omega-3 akan mengurangi peradangan di paru-paru bagi para penderita asma. Ini sesuai dengan pengetahuan sebelumnya mengenai khasiat anti peradangan dari lemak Omega-3.
Reaksi alergi terhadap kotoran kutu-rumah (atau penyebab alergi lainnya) khususnya melibatkan sel darah putih yang dikenal dengan eosinofilia. Jumlah eosinofil di dalam darah umumnya meningkat selama terjadinya respon alergi di dalam tubuh (peningkatan jumlah eosinofil dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit atau bahan-bahan penyebab reaksi alergi). Peneliti menemukan jumlah eosinofila pada orang yang mengonsumsi suplemen lebih rendah dibanding yang mengonsumsi placebo. Penanda aktivitas lainnya juga lebih rendah.
Apa yang diusulkan oleh studi ini adalah penambahan Omega-3 mungkin bermanfaat bagi penderita asma, terutama bagi mereka yang menderita asma karena alergi.
Walaupun menarik dan relevan, studi ini tidak mengatakan pada kita bahwa penambahan Omega-3 benar-benar membantu gejala-gejala yang dialami penderita asma yang diuji.
Namun demikian, beberapa studi sebelumnya telah mengungkapkan bahwa penambahan Omega-3 mungkin akan membantu asma. Dalam suatu studi yang dipublikasikan pada 2000, penderita asma anak-anak dirawat dengan gabungan EPA dan DHA (lemak dua omega-3 yang ditemukan di ikan berlemak) atau placebo (minyak zaitun) selama periode 10 bulan. Dosis total setiap hari dari Omega-3 yang disarankan adalah 30 mg per kilogram berat tubuh setiap hari.
Penambahan Omega-3 dapat mengurangi angka gejala asma secara signifikan. Studi ini menyediakan -paling tidak- bukti-bukti bahwa penambahan Omega-3 memiliki kemampuan untuk mengontrol asma.(epochtimes.co.id/feb)