Beraneka ragam sayur mayur organik dan natural serta hasil turunannya, seperti daging, makanan hasil laut dan tanaman, terpajang di toko Lifestyle milik grup Safeway di Livermore, California. Toko itu juga menawarkan hidangan pencuci mulut yang segar serta makanan jadi, kopi, ayam panggang, kacang-kacang segar. (GETTY IMAGES) (Gambar)
Persepsi umum di antara para konsumen adalah bahwa makanan organik adalah pilihan tepat—bagi Anda yang mampu membelinya. Orang yang memilih untuk membeli makanan organik melakukannya dengan berbagai alasan yang berbeda.
Beberapa orang mengatakan bahwa produk makanan yang tumbuh organik memiliki rasa yang lebih baik. Yang lainnya mempercayai bahwa dengan mengonsumsi makanan organik dapat menuntun ke arah kesehatan yang lebih baik, baik bagi mereka sendiri maupun lingkungan.
Tetapi apakah ada bukti nyata dari keuntungan ini? Produk organik harganya bisa lebih dari tiga kali lipat dibandingkan harga produk non-organik, karenanya bila hendak beralih ke makanan organik dapat membuat perbedaan signifikan pada anggaran pengeluaran keluarga Anda. Apakah ini cukup pantas dan sebanding?
Pertama-tama, mari kita pertimbangkan keuntungannya bagi kesehatan keluarga Anda. Menurut standar departemen bagian pangan USDA “Bahan pangan organik dibudidayakan tanpa menggunakan pestisida yang lazim digunakan, yaitu pupuk berbahan dasar petroleum, atau pupuk berbahan dasar kotoran hewan. Hewan-hewan dikembangbiakan secara organik juga harus diberi makan makanan organik dan diberikan akses keluar. Hewan-hewan tersebut tidak diberikan antibiotika ataupun hormon pertumbuhan.”
Seperti yang kita semua ketahui, dengan semakin banyak kontak dengan bahan pestisida berarti semakin besar pula risikonya terhadap kesehatan—terutama pada anak-anak. Berdasarkan daftar Departemen Penelitian EPA cacat sejak lahir, kerusakan pada urat-urat syaraf dan kanker adalah beberapa masalah kesehatan yang terutama diakibatkan karena terlalu banyak terkena efek pestisida. Sudah tentu, departemen EPA telah menerapkan larangan keras terhadap peng-gunaan pestisida pada mereka yang sedang bertumbuh. Bagaimanapun, pemerintah tetap menganjurkan agar para konsumen mencuci bersih dan mengupas terlebih dahulu hasil pertanian sebelum memakannya, guna menyingkirkan endapan pestisida.
Karena makanan organik ditanam tanpa menggunakan pestisida, mereka lebih sedikit membawa residu, itupun jika ada. Kelihatannya memang benar, bahwa dengan mengonsumsi makanan organik akan lebih baik bagi kesehatan Anda.
Bagaimanpun juga menurut EPA, kadar pestisida pada makanan non-organik sudah cukup rendah sehingga mereka bukan lagi merupakan ancaman bagi kesehatan. Lebih jauh lagi, penggunaan pestisida memiliki beberapa keuntungan penting yang lainnya, seperti menjamin hasil panen yang lebih besar (dan oleh karena itu dapat pula menurunkan harga) dan dapat mengendalikan pertumbuhan hama.
Kelompok kerja Lingkungan non-profit telah mengidentifikasi 12 jenis bahan pangan berikut mengandung kadar pencemaran pestisida paling berat: buah persik, apel, buah paprika, daun seledri, buah plum, buah stroberi, buah ceri, buah pir, buah anggur impor, sayur bayam, selada dan kentang. Jangan jauhkan makanan bernutrisi ini—lebih telitilah ketika membersihkan mereka, atau belilah yang organik.
Pada pertanian konvensional pestisida bukanlah satu-satunya yang ditunjuk oleh badan pertanian organik sebagai penyebab risiko kesehatan. Banyak juga orang yang berpendapat bahwa antibiotik dan hormon pertumbuhan, keduanya dilarang dalam pemakaian untuk pembudidayaan tanaman organik, karena pengaruhnya yang tidak baik.
Secara umum, antibiotik telah banyak menyerang kita beberapa tahun belakangan ini, dan karena penggunaannya yang berlebihan telah menyebabkan lebih kebalnya bakteri dan virus terhadap antibiotik.
Pada kenyataannya, CDC menyatakan bahwa “Hampir semua infeksi akibat bakteri penting di dunia telah menjadi kebal terhadap sebagian besar obat antibiotik yang biasa digunakan”.
Adalah gagasan yang buruk bagi orang untuk memakai antibiotik apabila tidak terlalu diperlukan atau bila terlalu sering, juga merupakan gagasan tidak baik untuk memberikannya pada hewan yang sehat, karena baik bakteri maupun virus keduanya sama-sama berefek pada kesehatan manusia dan hewan.
Menurut standar USDA, jika seekor hewan diberikan antibiotik, maka dagingnya tidak dapat dijual sebagai daging organik.
Oleh karena itu, membeli daging dan produk susu organik dapat membantu melindungi kita semua dari penyakit-penyakit yang kebal terhadap antibiotik. Sebaliknya, membeli susu organik tidak menjamin bahwa sapi yang menghasilkan susu itu tidak pernah diberi antibiotik. Itu bukan berarti bahwa susu itu sendiri tidak mengandung antibiotik, karena sapi itu harus bebas dari antibiotik setidaknya selama setahun sebelum peternak dapat menjual susu tersebut sebagai susu organik.
Ada perselisihan pendapat mengenai keselamatan atas pemberian hormon pertumbuhan pada hewan sapi guna meningkatkan produksi susu segar atau mempercepat pertumbuhan. Lembaga kesatuan di Eropa telah melarang praktek kebiasaan ini baik pada sapi ternak maupun pada sapi perah, tetapi dewan FDA Amerika mengatakan bahwa telah ditetapkan bahwa tidak ada risiko nyata pada kesehatan manusia.
Meskipun rbBGH (recombinant bovine growth hormone = salah satu jenis hormon pertumbuhan pada sapi) dapat memiliki pengaruh negatif pada manusia apabila disuntikkan ke dalam tubuh mereka, tetapi FDA mengatakan bahwa saluran pencernaan manusia telah menghancurkan dan melenyapkannya pada saat kita mencernakannya melalui makanan kita.
Namun bagaimanapun juga susu hasil dari sapi perah rbBGH mengandung kadar yang lebih tinggi akan faktor pertumbuhan alami yang disebut IGF-1, dan beberapa pakar kesehatan menghubungkan kadar yang tinggi itu dengan kanker payudara dan kanker prostat yang ada pada manusia.
Harga susu organik yang lebih mahal mungkin cukup pantas, andai ia dapat menenangkan pikiran Anda.
Keuntungan bagi Lingkungan
Meskipun keuntungan mengonsumsi makanan organik bagi kesehatan tubuh manusia belum mendapatkan pengakuan resmi dari agen-agen pemerintah, tetapi bukti manfaat-manfaatnya terhadap lingkungan lebih kuat. Larangan penggunaan pestisida dan pupuk jenis tertentu dari perkebunan organik telah mengurangi pencemaran terhadap tanah dan air, memelihara keanekaragaman tumbuhan dan hewan, dan membantu menghasilkan lahan pertanian yang lebih subur.
Bercocok tanam dengan cara organik juga dapat menghemat energi yang tadinya digunakan untuk memproduksi pupuk sintetis dan peptisida. Menurut majalah Nature terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa emisi Karbondioksida (gas rumah kaca) menjadi berkurang pada lahan organik.
Yang menyukai cara bercocok tanam secara organik seperti IFOAM (Federasi Internasional dari Gerakan Agrikultur Organik), menyatakan bahwa terdapat lebih banyak lagi keuntungan yang dapat diperoleh bagi lingkungan, tetapi sejauh ini studi penelitian tidak cukup untuk mendukung teori mereka.
Kekurangan
Kedengarannya hebat! Jadi apa kekurangan dari bercocok tanam secara organik? Baiklah, salah satu alasan utama mengapa para petani menggunakan pupuk adalah untuk mengembalikan zat nitrogen ke dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya.
Karena bercocok tanam secara organik tidak menggunakan pupuk sintetis, sebagai gantinya mereka mengandalkan metode alami, seperti kompos dan mengganti tanaman jenis panen, seperti tanaman polong. Sayangnya, kompos tidak dapat mencukupi pengembalian nitrogen ke dalam tanah guna menumbuhkan sejumlah besar tanaman yang diperlukan untuk memberi makan pada ternak dunia.
Mengganti tanaman dengan jenis panen sebetulnya adalah sangat menjanjikan, namun banyak petani tidak mampu menanam tanaman yang mereka sendiri tidak mampu menjualnya. Meskipun beberapa jenis tanaman polong dapat dikonsumsi, namun jenis paling baik dalam memproduksi nitrogen justru dari jenis yang tidak bisa dimakan.
Ini berarti lahan pertanian organik kadang-kadang harus dibiarkan untuk ditanami tanaman-tanaman yang tidak akan ada orang yang membelinya. Para pecinta makanan organik yang pantang menyerah mengungkapkan bahwa apabila dunia hendak terus menerus mengonsumsi daging dalam jumlah besar, pertanian organik tetap tidak akan berhenti.
Sudah tentu pemecahan dari masalah ini adalah agar orang-orang mengurangi konsumsi daging dan memperbanyak konsumsi biji-bijian, buah-buahan, dan sayur-sayuran.
Menurut penelitian Institut Kanker Amerika (AIRC) kebanyakan orang Amerika terlalu banyak mengonsumsi daging dan harus menguranginya untuk alasan kesehatan, dan alasan lingkungan.
Jadi, jika Anda peduli dengan kesehatan keluarga Anda dan lingkungan, maka mengurangi konsumsi daging dan membeli produk organik merupakan suatu pilihan yang hebat.
Harga daging umumnya lebih mahal daripada sayuran, jadi dengan mengurangi belanja daging seharusnya dapat menolong mengimbangi harga dari produk organik yang lebih tinggi. Pastikan keluarga Anda mendapatkan asupan protein dan gizi yang cukup dari sumber makanan yang lain untuk menjamin keseimbangan pola makan. (Liz Casler/The Epoch Times/feb)