5 Februari, media China mengumumkan "Tokoh Pilihan 2008 yang Mengharukan", mereka tinggal di jurang Da Liangshan selama 18 tahun, sepasang suami istri Li Guilin dan Ru Jianfen yang membangun "Sekolah Tangga Langit" telah menjadi salah satu calon dari 10 orang terpilih.
Sesuai dengan berita “Mingguan Aturan Hukum”, Li Guilin yang berumur 42 adalah guru sekolah di Desa Erping, kampung Dajiau Provinsi Sichuan, istrinya Ru Jianfen adalah guru pengganti. Karena sekolah SD di Desa Erping dibangun di tebing ngarai, anak-anak naik dan turun ke bawah jurang curam harus melalui 5 tangga kayu, keluar dan masuk juga sangat sulit. Setiap pulang atau pergi sekolah, Li Guilin dan istrinya harus menggendong anak-anak satu per satu naik ke atas atau turun ke bawah, massa 18 tahun ibarat 1 hari.
Li Guilin mengatakan bahwa ia hanya seorang guru desa yang biasa, anak-anak di sekolah dasar jurang yang mengharukan ini, termasuk wilayah pegunungan yang miskin dari Pegunungan Liangshan. Mengenai penghargaan terhadap dirinya, dia katakan sangat terharu dan tak terduga.
Ia berkata: "terhadap kemiskinan di Pegunungan Liangshan, kita adalah masyarakat biasa, kami adalah anak petani. Jika hendak mengubah keterbelakangan wajah kemiskinan, mengubah generasi berikutnya tidak seperti orang tua mereka tidak memiliki pendidikan, harus mengandalkan pendidikan. Jika tidak ada pengganti, selama saya masih bisa naik ke atas, saya akan naik ke gunung mengajarkan anak-anak."
Li Guilin dan istrinya dengan lampu minyak mengoreksi PR dan mempersiapkan pelajaran. (gambar internet)
Li Guilin juga mengatakan mereka sudah tidak dapat memisahkan diri dari anak-anak di tebing, juga tidak dapat memisahkan diri dari orang tua di desa dalam gunung.
1990, Li Guilin dan istrinya tiba di desa ini, keterbelakangan dan kemiskinan desa sangat mengharukan mereka, jadi mereka bertekad untuk menanam bibit pengetahuan di desa jurang ini dan bahkan membuat "tangga langit" untuk desa tersebut keluar dari jurang. Di masa lalu desa ini adalah desa buta huruf dan desa pegunungan yang miskin, kini telah menjadi "desa budaya", perubahan dari sepi tandus di masa lalu hingga adanya perubahan besar hari ini, tidak dapat dipisahkan dengan dua guru desa biasa ini, yang demi pekerjaan pendidikan di desa jauh berkorban tanpa pamrih hingga memperoleh hasil yang gemilang.(lim)