Tahukah Anda jika chestnut (berangan/kastanye) mengandung zat tepung 70 persen, protein 11 persen, dan lemak sekitar 7 persen? Chestnut juga kaya akan vitamin, mineral, kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin C, B1, dan karoten, yang kesemua itu melebihi kandungan yang terdapat pada makanan umumnya.
Nilai terapetik dan pengobatan chestnut, yang kemudian digolongkan sebagai pengobatan kelas-wahid. Pengobatan Tiongkok berpendapat bila chestnut memiliki rasa yang manis, berkarakter ‘hangat’ secara alami, bergizi untuk perut, dan memperkuat ginjal dan limpa.
Menurut dokter Tiongkok kenamaan, Li Shizhen, dari Dinasti Ming, yang memperdalam studi atas chestnut, “Orang yang menderita demam di bagian dalam tubuh dan menderita diare berat, mengonsumsi 20 sampai 30 buah chestnut bakar. Penyakit akan sembuh.” Chestnut juga bagus untuk limpa yang lemah, perut yang lemah, atau defisiensi ginjal.
Di masa lalu, kita memiliki buku pengobatan Tiongkok kuno, Southern Yunnan Materia Medica, yang mencatat: “Apabila chestnut dikonsumsi mentah-mentah dapat menghentikan muntah darah, hidung berdarah, feces berdarah, dan penyakit-penyakit yang berkaitan dengan darah lainnya.”
Di masa kini, kita tahu bahwa, bahkan penelitian medis moderen beranggapan bila chestnut dapat mencegah hipertensi dan pembekuan arteri. Lalu apa yang Anda nantikan? Saatnya untuk mengonsumsi chestnut.
Jahe
Jahe tidak hanya digunakan sebagai sayur atau bumbu, namun juga sebagai obat. Menurut pengobatan Tiongkok, jahe dapat memasuki saluran energi paru-paru, limpa, dan perut.
Menurut para peneliti farmakologis, jahe mencegah penuaan dan menahan oksidasi, dapat merangsang sekresi getah lambung, dan meningkatkan fungsi pencernaan. Semua itu dikeluarkan oleh ginjal, maka bagi mereka yang menderita penyakit ginjal tidak diperkenankan menggunakannya.
Jahe memiliki rasa yang pedas dan biasanya digunakan untuk menghilangkan demam, dahak, dan batuk. Jahe digunakan untuk merawat penyakit berkarakter dingin dan tidak dianjurkan untuk penyakit yang berkarakter hangat.
Dalam dunia pengobatan Tiongkok kuno, makanan yang berbeda memiliki karakter temperatur yang berbeda. Temperatur makanan sebagian menentukan efeknya terhadap tubuh.
Intinya adalah mengembalikan keseimbangan tubuh. Jadi, jika suatu penyakit di diagnosa berkarakter dingin, seperti batuk atau hidung meler, semestinya diseimbangkan dengan makanan yang berkarakter lebih hangat, seperti jahe dan sup shallot.
Sebaliknya, jika penyakit berkarakter panas, seperti sakit tenggorokan, tenggorokan kering, dan keringat dingin, sebaiknya mengonsumsi makanan yang lebih dingin, seperti pisang, ketimun, tofu, dan sebagainya.
Rebusan gula merah dengan jahe kemudian diminum selagi panas, merupakan cara efektif untuk melawan dingin.
Artikel diatas hanya sebuah referensi. Silakan menghubungi dokter tradisional Tiongkok sebelum menggunakannya untuk pengobatan penyakit.
(Epochtimes/feb)