Aktivitas dan olahraga dapat dilakukan dalam beragam cara yang berbeda, namun favorit saya adalah berjalan kaki. Hal ini sebagian berdasarkan atas fakta bahwa jalan kaki adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh hampir semua orang dan tidak memerlukan ketrampilan khusus apapun atau harus menjadi "olahragawan".
Alasan lain atas antusiasme saya terhadap jalan kaki adalah fakta bahwa berjalan kaki dapat menjadi olahraga yang sangat baik dan ini dikaitkan dengan serangkaian manfaat, baik untuk kesejahteraan dan kesehatan.
Bagi sebagian orang, berjalan kaki adalah suatu aktivitas yang termasuk dalam kehidupan sehari-harinya tanpa banyak pergolakan, yang meningkatkan kesempatan aktivitas ini menjadi rutinitas jangka panjang.
Plus, ada beberapa studi saat ini yang menemukan bahwa lebih sering melakukan olahraga dengan durasi yang pendek, secara umum, bermanfaat bagi kesehatan seperti halnya olahraga dengan durasi yang lebih panjang.
Ini adalah berita yang sangat bagus bagi para individu yang merasa tidak memiliki cukup waktu untuk berjalan kaki non-stop selama 30 - 40 menit, dan merasa lebih mudah untuk melakukan aktivitas padat dan singkat, katakan, selama 5 -15 menit.
Dengan pemikiran ini, saya tertarik untuk membaca suatu studi yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition November 2008. Studi menguji efek jalan kaki terhadap respon individu pada makanan yang terdiri atas roti, keju, mayonaise, keripik kentang, dan milk shake.
Masing-masing individu dalam studi ini diuji dengan tiga cara hidup yang berbeda:
1. Satu hari istirahat diikuti oleh penilaian pada hari berikutnya setelah melakukan dua tes makanan. Cara hidup ini bertindak sebagai "kontrol".
2. Satu kali tiga puluh menit olahraga jalan-sehat pada satu hari, diikuti dengan penilaian pada hari berikutnya setelah tes makanan.
3. Sepuluh kali tiga menit olahraga jalan sehat pada satu hari, diikuti dengan penilaian di hari berikut setelah tes makanan.
Satu penilaian yang dijalani individu adalah pengukuran tingkat lemak darah yang dikenal dengan triglycerides (TG) setelah makan. Semakin tinggi tingkat TG dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit cardiovasculer.
Jalan kaki dikaitkan dengan penurunan tingkat TG setelah makan di hari berikutnya di bandingkan dengan cara hidup terkontrol, kedua cara aktivitas ini ditemukan sama-sama menguntungkan.
Jalan kaki juga ditemukan dapat mengurangi tekanan darah systolic (ambang atas dari kedua nilai tekanan darah). Dan lagi, kedua cara aktivitas jalan kaki sama-sama efektif, memberikan penurunan sekitar tujuh-delapan poin (mm Hg).
Dalam diskusi tulisan ini, penulis menuliskan "Penemuan kami... menyediakan bukti bahwa manfaat kesehatan muncul setelah adanya akumulasi intensitas aktivitas fisik yang cukup dalam olahraga singkat, paling tidak untuk konsentrasi triacylglycerol dan ketenangan tekanan darah setelah makan malam.
"Perubahan-perubahan semacam itu menyatakan (tetapi belum terbukti) bahwa kemungkinan risiko CVD (penyakit kardiovascular) akan berkurang pada individu yang pola aktivitas fisiknya dikategorikan dalam akumulasi aktivitas olahraga-singkat selama studi, setiap harinya. Aktivitas semacam itu mungkin menarik bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatan mereka melalui akumulasi rutinitas pekerjaan fisik ataupun hiburan, sebab aktivitas seperti ini terjadi secara alamiah dan sering dikaitkan dengan olahraga-singkat dengan durasi kurang dari 10 menit."
Pada dasarnya, hasil ini adalah berita gembira bagi para individu yang lebih menyukai atau merasa lebih mudah melakukan olahraga singkat namun padat di sepanjang hari dibandingkan berolahraga dengan waktu yang lama. (Epochtimes/feb)