Kebun sayur ruang tengah Google merupakan tempat bertukar pandangan para karyawan tentang kehidupan organik. (NEW EPOCH WEEKLY) (Gambar)
Kebun organik hijau yang terletak di ruang tengah kantor pusat Google di Silicon Valley, dipenuhi dengan hijau daun bawang, terong, kubis, kacang buncis, arbei dan berbagai jenis rempah-rempah. Kebun sayur bersebelahan dengan ruang makan, para karyawan dapat menikmati makanan organik sambil menikmati kebun yang subur.
Sejak maraknya era internet, baik makanan maupun fashion telah terjadi perubahan yang benar-benar besar di sekitar Silicon Valley terutama dalam hal makanan. Yang paling mengesankan adalah Mountain View di pusat Perusahaan Google.
Kebun sayur organik hijau memenuhi ruangan tengah mulai dari hijau daun bawang sampai terong, kubis, kacang buncis, arbei dan berbagai jenis rempah-rempah. Kebun sayur bersebelahan dengan ruang makan, ada area yang merupakan ruang makan terbuka di luar gedung, para karyawan dapat menikmati makanan organik sambil menikmati kebun yang subur.
Di pusat taman terdapat sebuah kolam air mancur, terkadang ada burung kecil datang untuk mandi, kupu-kupu terbang menari-nari, kalau bukan karena bangunan kaca dengan kerangka baja yang berada di samping, benar-benar akan mengira sedang berada dalam kebun tanaman (botanical garden).
Seorang teman muda yang bekerja di Google mengetahui bahwa saya sangat tertarik pada kebun organik mereka, secara khusus mengajak saya melihat-lihat sambil menikmati bersama makan siang terkenal yang disediakan oleh Google untuk para karyawannya.
Selain beraneka masakan dari berbagai negara yang siap untuk dipilih, di depan setiap stan tertulis nama masakan dan julukan kokinya, terutama mengiklankan “makanan organik”, teristimewa ada masakan yang sayurnya dipetik dari kebun di ruangan tengah untuk langsung dimasak.
Ada restoran prasmanan dan ada pula yang harus dipesan dulu. Pada jalan masuk terdapat alat peras tunas gandum (wheatgrass), saat berjalan masuk akan ada orang yang menawari minum. Terdapat juga sayur asinan makanan pembuka, selain tunas gandum, blueberry, arbei, kiwi, jeruk, maka hampir semua buah yang menurut Anda dapat dijadikan juice yang nikmat semuanya tersedia.
Lauk yang tersedia bukan saja beraneka ragam juga serba baru, displaynya sangat mengagumkan, sungguh kreatif. Menu makanannya akan berubah sesuai dengan musim dalam kebun, sehingga Anda akan ikut merasakan perubahan musim, hal ini merupakan suatu terobosan bagi kita yang hidup dalam zaman yang serba standar.
Ramah Lingkungan
Karena kebun sayur Google memakai cara penanaman yang khusus cara pengairannya telah menghemat sumber daya air dalam jumlah besar.(NEW EPOCH WEEKLY) (Gambar)
Beberapa tahun yang lalu sudah terdengar berita bahwa rumah makan Google menyediakan makan pagi, siang dan malam bagi para karyawan bahkan memasang iklan di seluruh dunia untuk mencari koki. Penawaran yang diberikan, selain gaji juga ada saham, serupa dengan yang diberlakukan terhadap para insinyur mereka.
Para koki ini juga sangat kreatif dalam hal variasi menu makanan dan bahan yang dipakai, namun kreasinya tidak serampangan. Karena para karyawan berasal dari beraneka ragam bangsa, dengan demikian juga akan mencakup menu makanan dari berbagai negara, setiap koki juga memperagakannya secara representatif.
Bagi para insinyur yang lelah akan merasakan segar dan riang kembali pada saat berjalan-jalan di taman sayur organik yang rindang pada ruang tengah, benar-benar merupakan win-win policy, dari kreasi makanan sampai ke kreasi pekerjaan, telah menjadi figur merek Google.
Kebun sayur organik yang ditanam di dalam pot, selain makanan enak, keramahan terhadap lingkungan juga berada dalam pertimbangan mereka, setiap tanaman ditanam dalam baskom yang disebut kotak bumi (earth box) sebesar 147 inci (373 cm), setiap baskom membutuhkan pengairan kira-kira 3 galon (mendekati 12 liter), bila dibandingkan dengan ditanam langsung dalam tanah maka akan dapat menghemat air sebesar 50% sampai dengan 80%.
Dalam kebun dibangun instalasi sistem pengairan otomatis yang disediakan oleh sebuah perusahaan yang khusus menangani pemeliharaan terhadap lingkungan, bagi California Utara, terutama Silicon Valley yang kering, sejak dulu air sudah merupakan sumber daya yang sangat berharga.
Seluruh karyawan Google karena rata-rata berusia masih sangat muda, lingkungan perusahaan bagai sebuah taman sekolah jurusan seni pertamanan. Sepanjang mata memandang terlihat anak-anak muda berpakaian santai berjalan di taman sayur organik, ada juga yang duduk beristirahat di bawah matahari sambil memejamkan mata.
Saat jam makan, saya menanyakan pada seorang juru kebun yang saya temui perihal kebun organik. Dia menjawabnya satu persatu dengan sangat cermat, dan pada akhirnya kami mengetahui bahwa dia adalah seorang insinyur yang baru pensiun dan menjadi pekerja ideal karena masalah pertamanan merupakan hal yang paling disukainya.
Di Google pekerja ideal seperti dirinya ada sekitar 20~30 orang. Dan dari sekian pekerja ideal itu terdapat seorang kepala juru taman dengan tugas khusus, yang terutama bertanggung jawab membuat program tanam dari seluruh kebun.
Menurut Kepala Juru Taman itu, kebun sayur ini merupakan tempat terfavorit dari para karyawan, mereka yang gemar akan berkebun akan saling berbagi pengalaman mereka di tempat ini, bertukar resep dan pandangan serta pengetahuan mereka masing-masing dalam hal tanam menanam.
Di sini nampaknya bukan hanya merupakan tempat berkompetisi dalam hal ilmu teknologi internet, tetapi ia juga menyediakan makanan untuk mengimbangi kerja otak yang superaktif, mulai dari mena-nam, memasak sampai dengan makan. Dikatakan, “Apa yang dimakan seseorang akan menentukan kualitas dari dirinya”, bila hal ini memang benar, maka menurut saya orang-orang yang dipelihara oleh Google merupakan sekumpulan kaum elite.
Semoga Google search engine dalam hal kebebasan media, juga dapat seperti halnya saat mempromosikan makanan organik, hendaknya tidak melakukan filterisasi key words di Tiongkok yang serba menutup informasi, dan kiranya ia dapat sesemarak kebun sayur Google dalam membantu menyebarkan informasi di daratan Tiongkok melalui internet! (Epochtimes.co.id/prm)