Referensi paling awal pengobatan tradisional Tiongkok dapat ditemukan di kitab medis klasik Seni Penyembuhan Berusia Ribuan Tahun. Kitab klasik Shennong Bencao Jing pengobatan penyakit dalam jaman Kaisar Kuning, Huangdi Neijing, adalah cara seksama tentang metodologi pengobatan dan diagnostik, termasuk akupunktur.
Pengobatan Tiongkok sangat berbeda dengan pengobatan kedokteran Barat, atau allopathic. Dokter terkenal berkebangsaan Taiwan, Hu Naiwen, menerangkan filosofi dasar yang melandasi pengobatan Tiongkok dalam wawancara dengan Epoch Times.
Hu Naiwen memulai studinya dengan pengobatan allopathic Barat dan menyelesaikan riset lebih dari 10 tahun di disiplin ilmu tersebut.
Duapuluh tahun lalu, ia memutuskan untuk mencurahkan praktek pengobatan Tiongkok. Dia adalah salah satu dari beberapa dokter di seluruh dunia yang sukses mengobati penyakit melanoma (jenis kanker kulit yang fatal) dengan pengobatan Tiongkok.
Dengan mempelajari Huangdi Neijing, dia menemukan metode yang telah digunakan untuk merawat penyakit SARS. Dia sukses melakukan perawatan medis dengan pengetahuan intensifnya terhadap pengobatan Tiongkok.
Epoch Times (ET): Apa yang membuat Anda beralih ke pengobatan Tiongkok?
HU: Selama riset, saya telah meneliti keterkaitan antara neurologi dan akupunktur. Saya ingin memperdalam pemahaman akupunktur saya, dan (saat mempelajarinya) secara tidak sengaja akhirnya saya menemukan dokumen tentang beragam penyembuhan penyakit melalui akupunktur. Keingintahuan akan pengetahuan menginspirasi saya.
Saya perlu memperdalam tentang akupunktur dan memutuskan untuk mempelajarinya lebih lanjut. Melalui studi itu, saya berkenalan dengan inti pengobatan Tiongkok, dan sejak saat itu saya menjadi sangat antusias.
ET: Kenapa seseorang seringkali terkena flu seiring perubahan musim?
HU: Itu benar. Banyak orang terkena flu pada masa-masa itu. Seseorang dapat melalui musim dinginnya tanpa flu, namun ketika musim semi tiba, dia tiba-tiba jatuh sakit. Menurut pengobatan Tiongkok, ini berkaitan dengan ketidaktahuan beradaptasi terhadap musim baru. Musim semi adalah waktu dimana berbagai hal mulai bertunas, berbunga, dan berkembang. Musim panas adalah waktu untuk tumbuh. Musim gugur memberi kita panen dan buah, dan musim dingin adalah waktu untuk beristirahat.
Musim dingin adalah waktu dalam setahun untuk menghindari pekerjaan berat dan stress sebanyak mungkin, melindungi dirinya dari flu, dan tidur sebanyak yang diperlukan. Dengan menentukan pola hidup sehari-hari menurut musim, seseorang akan melindungi sistem kekebalan tubuhnya, dan dapat menanti dan menikmati perubahan musim dengan sehat.
ET: Apa saran yang dimiliki oleh pengobatan Tiongkok … (untuk) merawat alergi dan iritasi kulit?
Hu: Sekarang ini, semakin banyak orang mengeluh tentang iritasi kulit dan alergi. Sebagian orang dapat dihubungkan dengan makanan, dimana tubuh tidak mampu untuk bertoleransi. Makanan semacam itu mendorong kearah timbulnya rasa gatal, kemerahan, kulit kasar, atau kulit bersisik. Bahkan pada orang yang normalnya tidak memiliki alergi mengeluh tentang timbulnya rasa gatal di berbagai tempat, dan ketika digaruk, menimbulkan kulit kemerahan dan iritasi.
Pengobatan Tiongkok juga memandang gejala ini sebagai kegagalan mengadaptasi musim. Kurang penyesuaian tersebut meningkat sebab orang mengupayakan jalan yang lebih beragam untuk mengubah lingkungan mereka secara artifisial (semu).
Lebih dari itu: Dimulai dengan pemanas ruangan dan berakhir dengan ruang ber-AC. Organisme tubuh tidak dapat menolerir perubahan yang mendadak seperti itu.
Pemanas dan AC memang menyediakan kenyamanan dalam batas tertentu. Namun pemakaian yang berlebihan dan penggunaan yang salah dari teknologi ini dapat menyebabkan stress pada tubuh, dan (dalam beberapa hal) ditunjukkan dengan iritasi kulit.
Mungkin banyak orang telah mengetahui khasiat kacang hijau untuk menurunkan suhu tubuh akibat terik matahari, dapat memperbaiki Qi (energi) dan membersihkan racun (yang dimaksud adalah infeksi yang disebabkan bakteri atau virus) atau panas yang diakibatkan racun dalam tubuh (misalnya radang tenggorokan, bisul-bisul). Akan tetapi bagaimana cara mengonsumsi dan memasaknya agar bisa memperoleh manfaat tersebut?
Himpunan gizi di kota Chi Feng, Daerah Otonom Nei Monggol, mengatakan bahwa khasiat kacang hijau untuk menurunkan suhu tubuh akibat panas dari luar terletak pada kulit bijinya, sedangkan khasiat untuk membersihkan racun dan menurunkan panas yang ditimbulkan racun dalam tubuh ada di bijinya. Selain itu, untuk mengonsumsinya harus disesuaikan dengan keadaan. Bubur kacang hijau yang diberi bahan campuran lain akan mempunyai khasiat terapi yang lebih baik.
Mengonsumsi bubur kacang hijau dengan tujuan menurunkan suhu tubuh akibat panas dari luar, hanya perlu minum kuahnya saja, kacangnya jangan dimakan.
Sewaktu memasak kacang hijau sebaiknya jangan terlalu lama. Masukkan kacang hijau kedalam air dingin, lalu masak hingga mendidih. Diteruskan dengan api besar selama 5-6 menit.
Akan tetapi ada hal yang perlu diperhatikan, kacang hijau termasuk makanan obat yang bersifat dingin. Bagi tubuh yang lemah dingin dan limpa lambung lemah dingin, bila minum terlalu banyak akan menimbulkan nyeri perut dan diare. Orang yang memiliki Yin lemah juga tidak dianjurkan mengonsumsi terlalu banyak, jika tidak akan terjadi luka pada sudut mulut yang ditimbulkan oleh panas semu yang membara, gejala gusi bengkak dan lain-lain.
Bubur kacang hijau yang dimasak hingga lembek sekali, mempunyai khasiat yang baik sekali untuk menurunkan panas akibat racun dalam tubuh. Hal ini dikarenakan, bubur tersebut dapat melancarkan air seni dan mendorong Qi kebawah.
Oleh karena itu apabila terjadi keracunan obat atau makanan, mengonsumsi bubur kacang hijau dapat bermanfaat menyingkirkan zat racun dalam tubuh. Terhadap pembengkakan atau haus yang dikarenakan panas dalam atau bisul cacar juga bermanfaat. Kuah kacang hijau yang keruh, kurang efektif untuk menurunkan suhu badan yang disebabkan terik matahari, akan tetapi sangat bermanfaat untuk membersihkan racun dan menurunkankan panas yang diakibatkan racun dalam tubuh. (Meishi Tionghua/wcn)
Ikan Mata Tabung, yang bentuk luarnya aneh memiliki otak yang transparan dan mata yang berbentuk tabung. (Gambar dari situs web Live Science Amerika)
Pada tahun 1939 ilmuwan biologi pertama kali menemukan semacam “Ikan Mata Tabung” yang bentuk luarnya aneh, ia mempunyai otak yang transparan dan mata yang berbentuk tabung, karena matanya berbentuk tabung, sebelumnya para ilmuwan menganggap pandangan ikan seperti lebih sempit. Namun penelitian ilmuwan belakangan ini menemukan, mata seperti itu bisa berputar, pandangannya tidak dibatasi.
Menurut laporan dari situs web “live science”, ikan di laut dalam yang memiliki mata berbentuk tabung dan otang tembus pandang ini, dinamakan sesuai dengan bentuknya “Ikan Mata Tabung”, nama ilmiahnya adalah Macropinna microstoma.
Para ilmuwan mengungkapkan, mata “Ikan Mata Tabung” khususnya bisa menfokuskan cahaya, dan mata juga bisa berputar, ini agar ikan mata tabung bisa memandang ke atas melalui otak, sehingga sangat cocok hidup di laut yang dalam dan gelap, ia bisa mencari mangsa melalui matanya yang berbentuk tabung.
Pada awalnya, para ilmuwan memperkirakan mata seperti ini menghadap ke atas, hanya bisa melihat bagian di atas kepala. Nemun percobaan belakangan ini mengungkapkan, mata mereka ditutupi pelindung yang penuh dengan cairan dan juga bisa berputar.
Sebelum ini, para ilmuwan pernah menganggap mata berbentuk tabung dari“ikan mata tabung” hanya bisa memandang ke atas, tidak bisa memandang ke depan, oleh sebab itu sulit untuk menangkap mangsa kecil.
Sekarang, Bruce Robison dan Kim Reisenbichler dariMonterey Bay Aquarium Research Institute California Amerika menggunakan instrumen remote control mengambil sepotong video, secara teliti meneliti “Ikan Mata Tabung” di lautan California tengah.
Team peneliti menemukan, pada kedalaman laut antara 600-800 m, video yang berhasil diambil oleh instrumen remote control menunjukkan ikan ini selalu terapung dalam laut dan tidak bergerak, di bawah sinar cahaya terang instrumen remote control, matanya memancarkan sinar hijau yang berkilau
Video yang berhasil diambil oleh team peneliti juga mengungkapkan beberapa rincian yang tidak diketahui sebelumnya, ditemukan bahwa mata "Ikan Mata Tabung" dilindungi oleh sebuah lingkaran perisai transparan di sekitar mata yang penuh dengan cairan, perisai ini bahkan menutupi seluruh kepala.
“Ikan mata tabung” panjangnya hanya belasan sentimeter, hidup dengan memakan ikan kecil dan ubur-ubur. Warna hijau di matanya dapat menyaring sinar matahari yang dipancarkan dari permukaan laut ke dalam laut, untuk membantu mereka menemukan ubur-ubur dan hewan lainnya yang bercahaya di atas kepalanya. Ketika mereka menemukan mangsa, seperti ubur-ubur yang mengambang, ikan mata tabung akan memutar matanya, bergerak ke depan dan ke atas, berada dalam kondisi untuk berburu mangsa.(erabaru.or.id/lim)
Menurut berita Inggris “Daily Mail”, baru-baru ini astronot berhasil mengambil foto Nebula aneh, seluruh bentuk dan warna tampaknya seperti mata besar. Mereka menamakan Nebula tersebut sebagai "Mata Tuhan"
Seluruh Nebula di bawah latar belakang putih terlihat ada pupil mata berwarna biru, di sekitar masih ada kelopak mata berwarna daging.
Menurut informasi Nebula ini terbentuk karena emisi gas dari sebuah bintang di Aquarius. Namanya adalah Nebula Helix, para astronom amatir dengan teleskop kecil bisa melihatnya.(lim)
Cak Kandar yang lahir di Surabaya, Indonesia pada 17 Agustus 1948 adalah seorang pelukis yang menggunakan bulu dalam lukisannya, atas keprihatinannya akan punahnya satwa-satwa langka di dunia. Dalam pamerannya baru-baru ini di Jakarta, Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia, Lukman Edy, menyempatkan diri meresmikan pameran lukisan bulu karya Cak Kandar. Lukisan berjumlah 20 buah ini menampilkan berbagai gambar seperti pemandangan, hewan, manusia, dsb.
[Lukman Edy - Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal]
“Cak Kandar termasuk dalam daftar pelukis yang saya kagumi, terutama kreativitasnya untuk melakukan terobosan-terobosan dalam bentuk sebuah karya-karya yang berbeda dengan karya-karya orang.”
“Pejabat-pejabat publik, professional-profesional, maupun profesi lainnya, harus menyisakan waktunya untuk bisa mendalami sebuah kesenian dalam sebuah kesempatan, karena saya satu keyakinan dengan Cak Kandar, bahwa apapun profesinya, apapun aktivitasnya, kehalusan hati tetap harus terjaga, sehingga nilai spiritual kita kepada Tuhan, nilai humanisme kita kepada sesama, itu tetap terbangun.”
Namun upaya Cak Kandar ini sempat terganjal hukum yang berlaku di Indonesia, yang melarang pemanfaatkan segala bagian dari satwa langka, termasuk bulu-bulunya.
[Cak Kandar – Pelukis Bulu]
“Karena saya waktu itu kena kasus dengan Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA), sehingga waktu saya pameran itu disita, dan itu tidak salah, sejak itu saya buat pernyataan bahwa saya tidak melukis lagi dengan bulu satwa yang dilindungi, tetapi menggunakan bulu ayam, nah… contohnya bulu ayam itu ini…”
Komitmen Cak Kandar untuk menggunakan bulu-bulu dalam lukisannya telah membuat karyanya ini tersebar dan terkenal luas. Hingga kini ia telah berhasil mengadakan pameran di Malaysia, Singapura, Jepang, Belanda, Jerman serta Rumania.
Kontribusinya pada lapangan pekerjaan di dalam negeri pun tidaklah kecil.
[Cak Kandar – Pelukis Bulu]
“Untuk satu lukisan bulu ini, dipersiapkan kira-kira 2-3 minggu, itu-pun menggunakan bantuan tenaga lain, waktu saya melukis dengan bulu, anak buah mencapai ratusan, saya ajari mereka untuk bisa mandiri lewat lukisan bulu. Sekarang sudah tersebar ke seluruh Indonesia, mereka sudah hidup dengan lukisan bulu, dan saya sangat senang.”
Semenjak tahun 1994, Cak Kandar juga membuat lukisan dengan cat acrylic, namun branding lukisan bulu tetap diingat orang sebagai miliknya.
Dalam masyarakat realitas ini, seseorang yang berumur setengah baya jika belum juga mengerti bagaimana untuk memandang hambar berbagai nafsu keinginan, maka hal-hal yang tidak berkenan di hati kian hari kian bertambah datang menghampiri. Baru-baru ini aku reuni dengan beberapa teman sekelas dahulu di SD dan SMP. Meski mereka baru berumur 40an, kebanyakan dari mereka telah kehilangan rambut dan sebagian bahkan telah ubanan. Sulit dipercaya bahwa mereka adalah seusia denganku. Aku tanya mereka apa yang telah terjadi. Mereka semua berkata bahwa tekanan-tekanan hidup dan pekerjaan sepanjang waktu telah membebani usia mereka.
Mereka bertanya kepadaku bagaimana aku mengaturnya sehingga tetap memiliki kesehatan yang baik sedemikian rupa. Aku menjawab, "Sekali seseorang memandang hambar pada ketenaran, keuntungan dan nafsu keinginan, ia segera akan memiliki perasaan yang terbebaskan. Bagi orang yang berniat menjalani kultivasi, hal pertama yang harus dilakukan ialah mengeliminir nafsu keinginan dan membersihkan pikirannya." Jika kita memperhatikan dunia ini dengan tenang, kita akan melihat setiap orang itu sibuk sepanjang hidup mereka, tetapi sesungguhnya untuk apa? Kapan baru dapat melupakan semua ini agar tidak lagi mengejar berbagai hal dengan susah payah ? Aku pikir kata mutiara dari pujangga Su Dongpo betul-betul telah menampilkan kondisi hati yang dimaksud. " Aku selalu menyayangkan bahwa tubuh ini bukanlah milikku, sampai kapan aku berhenti menikmatinya demi kepentingan sendiri?"
Itulah kata-kata puitis Su Dongpo dari sebuah sajak berjudul "Orang suci yang berada di tepi sungai" (Lin Jiang Xian). Teks asli dari sajak tersebut adalah sbb.:
Minum arak di malam hari membuat Dongpo mabuk tertidur, setelah bangun kembali minum hingga mabuk lagi.
Ketika pulang ke rumah tampaknya telah jam tiga menjelang subuh.
Pelayan cilikku tertidur lelap suara dengkurnya seperti guntur.
Pintu digedor-gedor tetapi tiada respon.
Maka aku berjalan ke sungai Yangtze dengan sebuah tongkat mendengarkan bunyi sungai yang mengalir.
Aku selalu menyayangkan bahwa tubuh ini bukanlah milikku,
Kapan aku akan berhenti menikmatinya demi kepentingan diri?
Malam menjadi semakin gelap, tiada tiupan angin.
Kurai-kurai di lembah gunung menjadi datar.
Aku akan menenangkan segalanya dan pergi dengan mengayuh perahu kecil ku,
Menggantungkan hari-hari ku kepada sungai dan laut.
Su Dongpo menulis puisi ini, ketika ia diturunkan jabatannya dan dimutasi ke kota Huangzhou sebagai wakil milisia. Ia tinggal di sana selama lima tahun. Selama berada di Huangzhou, Su Dongpo mengalami tekanan bathin yang membuatnya menderita, tetapi ia tidak patah semangat di tengah penderitaan. Puisi ini mencerminkan pikiran pengarangnya yang luas terbuka: yaitu mengabaikan ketenaran atau keuntungan, merindukan kebebasan dan ketenangan mental, lapang dada serta pikiran lurus. Dongpo patut disebut sebagai orang berbakat yang genius dengan watak yang tidak dapat dihalangi. "Malam menjadi semakin gelap, tiada tiupan angin, kurai-kurai di lembah gunung menjadi datar". Bait puisi tersebut melukiskan suatu pemandangan yang betapa tenang dan damai, pemandangan indah seperti ini perlu sebuah hati yang tenang dan bebas baru dapat merasakannya. Setelah sadar kembali dari mabuknya, Ia seolah terbangun dari sebuah mimpi, maka ia berkata, " Aku akan menenangkan segalanya dan pergi dengan mengayuh perahu kecil ku, menggantungkan hari-hariku kepada sungai dan laut." Ini adalah betapa terbuka pikirannya dan terbebas dari hal-hal duniawi! Mengayuh perahu kecil, bergerak mengikuti arus, mengarungi sungai dan laut, pergi kemana saja sesuai kehendak, menempatkan kehidupannya yang terbatas pada alam semesta yang tanpa batas – betapa indah nan alami. Dongpo telah terbebas dalam memandang kehormatan dan aib, ia sudah tidak lagi terikat dengan pengejaran-pengejaran duniawi. Dengan demikian pemikirannya mampu menjangkau sesuatu di luar langit dan bumi, sehingga tersusunlah bait-bait sajak yang sangat terkenal ini.
Sekarang telah melewati waktu ribuan tahun, dan kebanyakan orang masih saja mencari ketenaran dan keuntungan, jatuh bangun di dalam dunia ini, sibuk dalam mencari keuntungan materi sepanjang hidup mereka. Meski bagaimana kekayaan material di dunia ini sangat terbatas, sedangkan nafsu keinginan manusia terhadap kekayaan adalah tak terbatas. Semua orang juga tahu bahwa, "Seseorang yang mudah merasa puas diri, akan mudah pula menemukan kebahagiaan," tetapi amat sedikit yang benar-benar dapat memandang hambar terhadap ketenaran dan keuntungan di dalam hidupnya. Jika seseorang menginginkan kehidupan yang bahagia, satu kebijakan yang harus dijalani adalah melepaskan nafsu keinginan diri sendiri. Itulah yang terpenting. Memandang hambar pada ketenaran dan keuntungan bukan saja dapat memperpanjang usia, tetapi juga dapat memurnikan tubuh dan pikiran, membuat diri sendiri merasakan kebebasan dan keleluasaan yang sejati. .
Di sebuah daerah pinggiran kota terdapat sebidang kebun buah luas tak bertuan, ditanami sejumlah besar pohon lohan, buahnya tidak saja sangat manis, lagi pula daunnya bisa dibuat ramuan obat-obatan untuk mengobati penyakit. Setiap tahun saat musim tiba dan buahnya sudah ranum, banyak sekali orang yang datang dari kota memetik buah dan daunnya.
Ada seekor burung yang selalu berputar-putar di atas hamparan pohon buah ini, layaknya sedang menjaga kebun buah. Begitu ada orang yang mendekati pohon lohan, burung itu lantas mulai berkicau, jika menjulurkan tangan memetik buah lokat itu, ia akan berkicau lebih sayu dan nyaring. Coba dengarkan baik-baik suara kicauannya, persis seperti: “Semua milikku! Semua milikku!” Tahun demi tahun berlalu, selalu saja demikian.
Suatu tahun, orang yang datang ke kebun buah untuk memetik lohan semakin banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya, dan burung itu berkicau nyaring di segala penjuru, begitu gelisah dan cemas sekali sepertinya, namun semua orang sudah merasa tidak aneh lagi, dan tidak menggubrisnya, terus melanjutkan memetik buahnya. Burung itu terus berkicau hingga kehabisan tenaga, sampai akhirnya lemas dan mati seketika.
Ternyata di kehidupan sebelumnya, burung itu adalah orang yang serakah dan pelit. Karena masih tersimpan kebiasaan buruknya itu, menganggap bahwa kebun buah itu masih miliknya, merasa berat hati orang lain datang memetiknya, jadi terus berteriak: “Semua milikku! Semua milikku!” hingga lemas dan mati seketika.
Dulu ada seorang pemuda di kota, setelah orang tuanya meninggal dunia, ia memperoleh sangat banyak harta warisan. Setiap hari ia menghitung ada berapa banyak harta pribadinya, ia selalu berharap hartanya semakin banyak semakin melimpah, sampai-sampai kebun buah dan ladang itu bisa menghasilkan berapa banyak hasil semuanya dimasukkan ke dalam hitungan hartanya. Dia tidak pernah berdana dan menolong orang yang kesusahan. bahkan semua pembantu yang semula dipekerjakan di rumah orang tuanya juga telah dipecat. Karena sifat serakah dan kikirnya, dia tidak dapat menemukan wanita yang mau menjadi istrinya, sehingga tidak mempunyai keturunan. Setelah usianya senja dan meninggal dunia, hartanya diambil alih dan dimasukkan ke kas negara karena tidak ada yang mewarisi hartanya.
Akibat buruk serakah dan kikir, mendatangkan kepahitan kesengsaraan. Jika hendak meningkatkan diri, memperbaiki watak, terlebih dahulu harus mengutamakan cinta kasih membantu sesama makhluk hidup. Mengorbankan sekeping kasih sayang, maka akan mendapatkan sekeping berkah: Hilangkan sekeping keterikatan hati, maka bisa meningkatkan sekeping kecerdasan! (erabaru.or.id)*
Dahulu kala ada seorang gadis kecil, namanya Yang Bao, ia sangat menyukai makhluk kecil, setiap saat bertemu dengan anjing atau kucing di luar yang dicampakkan orang, ia pasti dengan perasaan sedih akan memeluk dan membawanya pulang, merawat dan mengobati luka mereka, atau memberi makan mereka agar gemuk, dan merawat mereka dengan teliti. Ayahnya Yang Bao adalah seorang pedagang, tapi selalu tidak begitu menguntungkan, kesehatan ibu juga tidak begitu baik, meskipun begitu mereka tidak pernah mencela Yang Bao telah merepotkan atau membebani keluarga, selalu membiarkannya membawa pulang makhluk-makhluk kecil, merawatnya dengan sepenuh hati.
Pada hari ini, ayah Yang Bao membawanya pergi bersama ke kota untuk membeli barang. Sepanjang jalan, kedua ayah dan anak ini melewati padang belantara melintasi jembatan, ketika mereka melintasi sebidang hutan, tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara kicauan burung yang tersengal-sengal, Yang Bao merasa suara cit… cit… itu sangat memilukan, lalu berkata pada ayahnya: “Ayah, coba dengar! Di sekitar sini sepertinya ada burung yang sedang bercicit (menangis).”
Dengan tersenyum ayahnya menjawab: “Di dalam hutan, ada suara kicauan burung itu jamak, kamu jangan berpikir yang bukan-bukan. Ayo… kita segera ke kota untuk membeli barang, jika masih ada waktu, ayah akan membelikan pakaian baru untukmu atau membeli beberapa makanan enak, ayo… cepatlah!”
Di saat itu, suara kicauan “cit… cit…” semakin terengah-engah, dengan cepat Yang Bao menarik pakaian ayahnya, dan dengan sedih mengatakan: “Ayah, kali ini kamu jelas mendengarnya bukan? Burung ini pasti mengalami luka yang sangat parah, dan perlu bantuan kita. Saya tidak mau pakaian baru dan makanan yang enak, hanya mohon padamu untuk berhenti sejenak, menolong burung itu, tidak keberatan bukan?”
Ayah mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju, lalu dengan mengikuti suara kicauan burung, dan setelah berusaha mencarinya beberapa saat lamanya di semak-semak dan cabang pohon. Akhirnya, di bawah sebatang dahan rendah, mereka menemukan burung yang luka itu. Sayap di sebelah batu itu telah patah, dadanya juga robek, bulu-bulunya yang kuning menjadi merah oleh genangan darah! Bola matanya yang hitam pekat……………, persis seperti meneteskan air mata karena saking pedihnya.
Ayah menggeleng-gelengkan kepala, dan sebuah tarikan napas panjang berkata: “Wah! Begitu parah lukanya, mungkin tidak tertolong lagi, lebih baik kita pergi saja! Jika tidak segera pergi juga, maka tidak akan keburu lagi ke pasar!”
Hampir saja Yang Bao menangis, ia mengatakan: “Ayah mohon Anda tunggu sejenak, saya akan mencari daun-daunan (obat) di sekitar sini yang bisa digunakan untuk menghentikan darah, siapa tahu mungkin masih bisa menyelamatkan burung itu!”
Ayahnya Yang Bao benar-benar tidak tega menolaknya, lantas menepuk-nepuk bahunya dan mengatakan: “Baiklah.” Yang Bao segera menerobos masuk ke semak belukar dan mencari ke sana kemari, setelah menemukan daun-daunan lalu Yang Bao mengunyah hancur daunan, kemudian ditempelkan ke dada , dan dalam sekejap darah itu berhenti. Ayah menyambung kembali sayap yang patah, lalu membetulkan letak sayapnya dengan dahan pohon. Dengan memanjatkan syukur Yang Bao berkata: “Terima kasih, ayah! Kita masukkan burung ini ke dalam sangkar, kita bawa pulang dan merawatnya baik-baik, sekarang marilah kita segera berangkat.”
Ayah dan anak itu segera berangkat ke kota, namun waktu telah menjelang senja, para pedagang kios di pasar telah bubar, terpaksa dengan perasaan kecewa Yang Bao dan ayahnya pulang ke rumah.
Melihat mereka tidak membawa barang-barang, ibu merasa aneh, dengan perasaan tidak tenang Yang Bao menceritakan peristiwa yang terjadi. Dengan tersenyum arif sang ibu membelai-belai kepala Yang Bao dan berkata: “Meskipun usiamu masih begitu belia, tapi penuh perhatian, saya dan ayah merasa sangat gembira!”
Hari-hari berikutnya, Yang Bao merawat burung itu dengan telaten setiap hari. Ia menyediakan sebuah sangkar kayu untuk burung itu, di dalam sangkar tersebut dipenuhi dengan rumput yang lembut, supaya burung itu dapat berbaring di atasnya dengan nyaman. Ia memberi makan burung itu dengan beras yang dihaluskan atau memberinya makan serangga kecil, dan terkadang secara khusus memetik sejumlah bunga sebagai makanan tambahan untuk burung itu.
Sayap yang patah dan luka di dadanya itu berangsur-angsur mulai membaik, bulu kuning yang halus lembut itu memancarkan kilau cahaya yang elok licin, matanya juga memancarkan kecemerlangan seperti gemerlapan bintang. Anak-anak tetanganya pada kagum sambil mengatakan: “Burung ini begitu elok, betapa beruntungnya seandainya ini milikku!”
Suatu hari, Yang Bao menggantung sangkar kayu burung itu di depan rumah, agar burung itu bisa berjemur matahari. Tiba-tiba, tidak tahu dari mana datangnya sekelompok burung terbang berdatangan, ada burung kukuk, burung layang-layang, burung kepodang dan burung ketilang dll. Mereka bagaikan segumpalan mega yang berwarna-warni, bertengger di atas sebatang pohon tua di depan rumah, bercicit nyaring pada burung , dan burung itu menjulurkan lehernya mulai berkicau (nyanyi) di hadapan mereka.
Melihat pemandangan ini, Yang Bao tahu persis bahwa rekan-rekan burung itu datang menyuruhnya pulang, dan setelah direnungkan sejenak, lalu Yang Bao membuka pintu sangkar itu. Namun tak disangka, begitu burung itu keluar dari pintu sangkar, ia tidak segera terbang berlalu, bahkan dengan bulunya yang lembut mengelus perlahan wajah Yang Bao. Yang Bao membelai-belai burung itu dan dengan perlahan berkata: “Terbanglah mungil! Teman-teman pada menunggumu!”
Burung itu mengangguk-anggukkan kepalanya seakan-akan mengerti apa yang dikatakan Yang Bao, ia mengepak-ngepakkan sayapnya, dan akhirnya terbang ke langit yang jauh bersama dengan sekelompok burung itu. Meskipun Yang Bao merasa berat melepaskannya, namun ia tahu akhirnya mungil itu bisa terbang bebas di angkasa luas bersama dengan rekan-rekannya, dan jauh di dalam lubuk hatinya, ia juga merasa bahagia atas kegembiraan mungil itu.
Malam hari itu, Yang Bao terus merindukan burung itu, dan dengan susah payah akhirnya baru bisa tertidur. Di tengah keremangan tidurnya, seorang bocah laki-laki yang berpakaian kuning menghampiri Yang Bao. Raut wajah bocah laki-laki sangat rupawan, sepasang matanya yang hitam terang itu bersinar cerah. Tangannya menggenggam 3 buah giok putih yang terang berkilauan, dan setelah memberi hormat pada Yang Bao lalu berkata: “Saya adalah burung mungil itu, waktu itu karena tidak hati-hati, dada saya luka dipanah oleh anak-anak yang nakal, jatuh dari atas pohon dan malang sayap saya juga patah, untung saja kalian sekeluarga telah menyelamatkan saya. Sekarang saya datang untuk mengucapkan terima kasih, ke-3 gelang giok putih yang ajaib ini, dihadiahkan pada kalian sekeluarga untuk dikenakan, semoga gelang giok ini membawa berkah kesejahteraan untuk kalian sekeluarga.
Yang Bao menerima gelang giok itu, dan dalam sekejap si bocah laki-laki yang berbusana kuning itu lenyap tak berbekas. Dengan rasa terkejut Yang Bao siuman dari tidurnya, dan baru menyadari bahwa semua itu hanya sebuah mimpi. Di saat itu, fajar juga telah menyingsing, dan Yang Bao mendapati ternyata di tangannya benar-benar telah menggenggam 3 buah gelang giok putih yang halus dan licin!
Dan anehnya, sejak itu usaha dagang ayah Yang Bao dari hari ke hari semakin lancar, ibu yang sakit-sakitan juga mulai sehat kembali. Kemudian, Yang Bao tumbuh dewasa, dan setelah tumbuh dewasa, Yang Bao tetap masih seperti di waktu kecil yaitu penuh dengan cinta kasih dan perhatian, baik itu terhadap sesama atau makhluk kecil. (erabaru.or.id)*
Dahulu kala, Tuhan sendiri mempunyai kebiasaan bergaul langsung dengan manusia biasa di bumi ini. Pada suatu hari, ketika dia sedang melakukan perjalanan, hari sudah gelap, tetapi Tuhan masih belum menemukan sebuah penginapan, hari yang gelap membuat dia merasa lelah. Dia melihat ada dua buah rumah berhadapan berdiri disisi jalan, yanga satu besar dan mewah, yang lain kecil seperti gubuk, yang besar milik seorang yang kaya, yang kecil milik seorang yang miskin. Tuhan berpikir jika saya menginap di rumah orang kaya, sudah mungkin tidak menambah beban. Ketika orang kaya mendengar ada orang yang mengetuk pintu rumahnya, dia membuka jendela bertanya kepada orang asing tersebut kenapa mengetuk pintu rumahnya, Tuhan menjawab : “Saya ingin menginap satu malam dirumahmu.”
Si kaya melihat Tuhan dari kepala sampai kaki, dia melihat Tuhan memakai pakaian yang sederhana, tidak mirip dengan orang yang mempunyai uang, dia menggelengkan kepalanya berkata : ” Tidak bisa, saya tidak mengizinkan kamu menginap disini, rumah saya menumpuk banyak obat-obatan dan bibit unggul, jika setiap orang mengetuk pintu saya dan menerimanya, tidak akan berapa lama, saya bisa menjadi seorang pengemis, kamu cari tempat lain saja.” Setelah berkata demikian, dia menutup jendela dan meninggalkan Tuhan berdiri diluar.
Akhirnya Tuhan membalikkan badan meninggalkan rumah si kaya, lalu berjalan kedepan menuju ke rumah gubuk dan mengetuk pintu, pintu kecil segera terbuka, orang miskin langsung mempersilahkan Tuahan masuk dan berkata : ”Hari sudah gelap, silahkan menginap bersama kami disini, malam ini kamu tidak perlu meneruskan perjalanan.” Tuhan sangat terharu, dia masuk ke dalam rumah, istri orang miskin menjabat tangannya, menyambut kedatangannya dan berkata : ”Jangan sungkan, anggap seperti dirumah sendiri saja.” Meskipun mereka tidak memiliki banyak makanan, tetapi mereka dengan tulus hati mengeluarkan semua milik mereka untuk melayani Tuhan, istri si miskin merebus kentang diatas tungku api, sambil memeras susu kambing, dengan begitu mereka bisa meminum susu. Setelah meja makan dialas taplak meja, Tuhan dan suami istri ini duduk dimeja makan, meskipun hidangan tidak mewah, Tuhan sangat menikmatinya, sebab mereka semua berada dalam suasana gembira makan bersama.
Sesudah makan malam, tiba saatnya untuk tidur, istri si miskin memanggil suaminya dan berkata : ”Dengarkan saya, suamiku tercinta, malam ini kita tidur diatas tumpukan jerami saja, supaya tamu kita bisa tidur nyenyak ditempat tidur kita, dia sudah seharian melakukan perjalanan pasti sangat lelah.” Suaminya menjawab : ”Saya setuju, saya akan mengatakan kepadanya.” Dia lalu datang mengajak tamunya tidur diatas tempat tidurnya, Tuhan tidak setuju tidur diatas tempat tidur kedua orang tua ini, walaupun Tuhan menolak, mereka tetap bersikeras, akhirnya Tuhan menerima usul mereka, tidur diatas tempat tidur, dan mereka berdua tidur diatas tumpukan jerami.
Keesokan harinya, mereka pagi-pagi sudah menyiapkan sarapan yang apa adanya untuk tamunya. Ketika sinar matahari menyusup masuk melalui jendela yang kecil ini, Tuhan terbangun, setelah sarapan bersama mereka, Tuhan hendak melanjutkan perjalannya. Dia berdiri didepan pintu rumah lalu membalikkan badan berkata kepada mereka : ”Kalian berdua adalah orang yang baik hati, silahkan meminta 3 permintaan, saya akan mengabulkan permintaan kalian. Orang miskin ini berkata : ”Saya berharap kami suami istri dapat hidup rukun dan sehat selamanya, setiap hari ada makanan untuk dimakan, sedangkan permintaan ketiga saya tidak tahu saya harus meminta apa lagi?” Lalu Tuhan berkata : ”Apakah engkau tidak berharap mempunyai sebuah rumah yang baru?” ”Oh ya, benar” si miskin berkata : ”Saya sangat suka, jika saya bisa mempunyai sebuah rumah yang baru.” Tuhan mengabulkan permintaan mereka, menggantikan gubuk mereka dengan sebuah rumah yang baru, lalu sekali lagi mengucapkan selamat kepada mereka dan melanjutkan perjalanannya.
Menjelang siang hari, si orang kaya baru bangun, dari jendela dia mengeluarkan kepalanya melihat ke luar, rumah gubuk di depan rumahnya telah berubah menjadi sebuah rumah yang mewah, jendelanya sangat terang, dia sangat terkejut, dengan cepat berteriak kepada istrinya: ”Apa yang terjadi?, semalam masih sebuah gubuk, kenapa dalam semalam bisa berubah menjadi rumah yang mewah? Cepat pergi lihat apa yang terjadi.” Istrinya lalu pergi keseberang jalan bertanya kepada orang miskin, lalu simiskin bercerita kepadanya bahwa semalam ada seorang yang minta menginap, dipagi hari ketika hendak melanjutkan perjalanan orang tersebut menyuruh mereka menyebutkan 3 permintaan yaitu seumur hidup bahagia dan sehat, setiap hari dapat makan dengan kenyang dan mengganti gubuk mereka menjadi rumah yang baru.
Istri orang kaya setelah mendengar cerita tersebut, cepat-cepat memberitahu suaminya. Orang kaya mengeluh : “Saya sungguh benci kepada diri sendiri ! Kenapa saya tidak tahu ! Orang asing tersebut terlebih dahulu datang kerumah kita, ingin menginap dirumah kita, saya yang mengusir dia.” “Sekarang cepat pergi !” istrinya berteriak kepadanya : ”Cepat menunggang kuda dan mengejarnya, engkau pasti dapat mengejarnya, engkau harus membuat dia mengabulkan 3 permintaanmu.” Si kaya merasa ide istrinya sangat bagus, dengan segera dia menunggang kuda mengejarnya, segera dia dapat mengejar Tuhan, meminta maaf kepada Tuhan, meminta Tuhan tidak marah karena tidak mengijinkan Tuhan menginap di rumahnya semalam, dia berkata semalam dia sedang mencari kunci depan rumahnya, rupanya Tuhan sudah berlalu dari rumahnya, jika Tuhan kembali pasti diijinkan tinggal dirumahnya.
“Baiklah,” Tuhan berkata :”Jika saya datang lagi saya pasti akan menginap.” Si kaya lalu bertanya kepada Tuhan apakah dia bisa mengabulkan 3 permintaannya seperti tetangganya. ”Dapat” Tuhan berkata : ”Tetapi ini semua tidak akan baik terhadap dirimu, lebih baik engkau tidak meminta.” Tetapi si kaya berpikir, jika bisa mengabulkan permintaan saya, saya bisa hidup lebih makmur lagi. Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa lalu berkata kepadanya : ” Pulanglah ke rumahmu, sebentar lagi 3 permintaanmu akan terkabul.”
Permintaan si kaya sudah terkabul, di dalam perjalanan pulang ke rumahnya, sambil menunggang kuda dia berpikir apa yang hendak diminta, lagi asyik memikirkan permintaannya, tali kekang kudanya terlepas, kuda mulai tidak berjalan dengan baik, sambil lompat-lompat mengacaukan pikirannya, dia betul-betul tidak bisa konsentrasi berpikir, dia menepuk-nepuk leher kuda dan berkata “Bisa santai sedikit, kudaku.” Tetapi kudanya malah melompat-lompat lebih tidak terkendali lagi, dia mulai kehilangan kesabarannya, menjerit kuat-kuat “Saya harap kamu jatuh dan lehermu putus.” Suaranya baru berhenti, kudanya tiba-tiba terjatuh, sama sekali tidak bergerak dan mati. Dengan demikian permintaan pertamanya sudah terkabul. Karena sifat pelitnya dia sayang membuang pelana kudanya, dia mengambil pelana kudanya dan meletakkan diatas bahunya, sekarang dia harus berjalan kaki pulang. “Saya masih mempunyai 2 permintaan.” Dia menghibur dirinya sendiri.
Dia berjalan perlahan-lahan di padang pasir, matahari di tengah hari sangat terik bagaikan berada di dalam tungku api, semakin lama dia semakin emosi, pelana diatas bahunya membuat bahunya sakit, dia masih belum terpikir apa permintaan selanjutnya. “Jika saja saya dapat memiliki harta diseluruh dunia ini. “ Dia mengoceh sendiri : ”Tentu saja saya tidak bisa dengan sekaligus memikirkan semuanya, harus dipikirkan baik-baik, cara apa yang dapat sekaligus memiliki semuanya, tidak boleh ada yang tertinggal.” Dia menghela nafas : ”Oh ya, saya mendengar dari seorang petani di Bovaria, meminta tiga permintaan sangat gampang, permintaan pertama adalah meminta bir yang banyak, permintaan yang kedua adalah meminum sepuasnya sesuai dengan selera, dan yang ketiga adalah meminta tambah 1 durm lagi.”
Ada beberapa kali dia merasa sudah selesai memikirkan permintaannya, beberapa saat lagi dia merasa permintaannya terlalu sedikit, sekarang didalam otaknya berpikir, betapa senang istrinya duduk di rumah, udara sejuk, sedang menyantap makanan yang lezat, dengan berpikir demikian dia semakin emosi tanpa sadar dia mengatakan : ”Saya harap dia bisa duduk diatas pelana ini, tidak bisa turun lagi, jadi saya tidak perlu memikulnya dalam perjalanan.” Perkataannya belum selesai, pelana dibahunya sudah menghilang, dia langsung mengerti permintaan keduanya sudah terkabul. Tiba-tiba dia merasa panas yang tak tertahan lagi, dia mulai lari berharap dapat cepat sampai kerumahnya, sehingga dirumah dapat berpikir dengan tenang hal-hal yang penting untuk permintaan ketiganya.
Ketika sampai dirumah, membuka pintu kamarnya, dia melihat istrinya sedang duduk diatas pelana kuda, sedang menangis dan menjerit, tidak dapat turun dari atas pelana. Dia membujuk istrinya berkata : ”Sabar sebentar, sebentar lagi saya akan meminta seluruh kekayaan didunia ini akan saya berikan padamu, engkau duduk dulu disana jangan bergerak.” Tetapi, istrinya memarahi dia : ”Engkau sangat tolol, jika saya tidak dapat turun dari pelana ini untuk apa seluruh kekayaan di dunia ini, engkau yang membuat permintaan sehingga saya duduk diatas pelana ini, maka kamu harus membuat permintaan supaya saya bisa turun dari pelana ini.” Mendengar perkataan istrinya mau tidak mau dia harus membuat permintaan ketiga supaya istrinya bisa turun dari pelana, permintaan ini langsung terkabul.
Akhirnya, si kaya selain pusing, capek dan malu, dia juga kehilangan kudanya, tidak mendapat apapun, tetapi kebalikan dari si kaya, simiskin malah mendapatkan kegembiraan , kehidupan yang tenang dan kebahagiaan seumur hidup.(erabaru.or.id/ch)
Alkisah di sebuah negara Asia bagian selatan terdapat sebuah kota kecil, penduduknya terdiri dari orang-orang yang egois, tidak berperasaan dan hanya memikirkan diri sendiri. Pada suatu hari, penduduk kota itu berkerumun di suatu tempat.
Seorang laki-laki paro baya dengan suara yang bengis berkata “Cepat katakan! Kantong gandum kering ini engkau yang mencuri ?!”
Dodo dengan kaget menggelengkan kepala “Bukan! Bukan, tadi saya temukan ditempat ini !….” sambil menunjuk tempat di mana ditemukannya.
“Kamu berdusta! Beberapa waktu ini kita sering kekurangan bahan makanan, pasti engkau yang mencurinya!“ kata laki-laki itu.
Dodo menjadi takut dan menangis “Tidak, saya tidak melakukannya !!“
Laki-laki itu mengambil kantongan gandum tersebut, dengan tanpa bicara, ia mengambil sebuah kayu memukul Dodo, “Jangan banyak bicara, engkau sudah mencuri, aku akan menghajar mu……”
Kulalo yang bersembunyi di balik rumput, dengan gelisah menyepakkan kakinya berkata “Engkau lihat, engkau lihat, gadis kecil itu dipukul!“ Lalito dengan mengernyitkan alisnya, tidak berkata apa-apa.
Tanpa berpikir banyak Kulalo dengan sedikit ketakutan hendak keluar mengatakan kepada kerumunan orang bahwa kantong itu benar-benar ditemukan oleh gadis kecil itu, gadis kecil tersebut tidak mencuri dan dia hanya difitnah.
Kulalo memutarkan kepalanya dan berkata kepada Lalito “Saya hendak ke luar mengatakan yang sebenarnya.”
Ketika Kulalo hendak membalikkan badannya ke luar, Lalito menarik badannya dan berkata “Kulalo, engkau tidak boleh pergi, engkau sudah lupa moral manusia sudah semakin merosot, kita tidak usah mencampuri!”
Mendengar perkataan Lalito, Kulalo mengurung niatnya dan mundur kembali, tetapi Kulalo dengan hati sedih memperhatikan gadis kecil tersebut dipukuli, dengan sedih dia menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya….. Lalito melihat kejadian demikian kemudian menarik Kulalo kembali ke dunia manusia kerdil.
Pada saat kayu menghantam ke tubuhnya, Dodo seharusnya merasa sangat sengsara, tetapi dalam hatinya dia tidak mendendam mereka, cuma merasa sangat sakit kenapa tidak ada orang yang percaya kepadanya.
Kulalo berada di rumahnya di bawah tanah, dengan menarik-narik rambutnya, berjalan ke sana ke mari, hatinya sedih dan bingung, walaupun papanya dan mamanya sering menasehati dia, tidak boleh sembarang ke luar dan melihat ke dunia manusia, tetapi dalam pikiran Kulalo masih terbayang pandangan mata tidak bersalah dari Dodo, dia sangat ingin pergi melihat Dodo.
Kulalo kemudian memutuskan “Saya akan pergi dengan diam-diam tentu tidak ada yang mengetahui.” Dan teringat “Gadis kecil tersebut menderita luka, saya akan mengambil obat untuknya.”
Kemudian dengan diam-diam Kulalo mengambil persedian obat yang ada di rumahnya, dengan tergesa-gesa keluar dari rumahnya.
Ketika Kulalo tiba di samping tempat tidur Dodo, dia sedang tidur. Dengan kedua mata tertutup rapat, di kedua pipinya masih terlihat bekas air matanya, melihat hal tersebut membuat hati Kulalo sangat sedih, dia menginginkan setiap orang hidup dengan gembira, dan melihat kesengsaraan orang lain, dia merasa sedih.
Kulalo berusaha memindahkan sebuah mangkuk kecil yang terletak di meja ke pinggir tempat tidur Dodo, tetapi walaupun dengan segenap tenaganya mangkuk kecil tersebut hanya bergeser sedikit, sambil mengeluarkan tenaganya dia mendorong, dengan pelan-pelan mangkuk tersebut bergeser ke pinggir meja.
Prang, mangkuk tersebut jatuh ke tanah dan pecah !
Dengan terkejut Dodo terbangun, Kulalo sendiri juga merasa terkejut, dengan cepat dia bersembunyi di balik pecahan mangkuk, tetapi topi Kulalo yang berwarna merah terlihat sangat jelas.
Dodo melihatnya, dengan sedikit takut berkata :”Siapa,? Siapa yang berada di sana?”
Kulalo yang penakut dengan gelisah dan tergagap menjawab :”Tidak! Tidak! Tidak ada orang di sini.”
Setelah mendengar suara Kulalo, ketakutan Dodo berkurang, orang-orang yang tinggal di kotanya, biasanya berbicara dengan kasar, setelah mendengar suara Kulalo yang lembut dan sabar, Dodo menjadi tertawa :”Saya tidak mengetahui Anda siapa, tetapi suaramu enak di dengar.”
Kulalo tidak menyangka gadis kecil ini akan memuji dia, dengan gembira dan berkata :”Benar,! Benarkah demikian.”
Dodo juga dengan lembut berkata :”Benar, tetapi siapakah engkau sebenarnya? Dapatkah engkau ke luar bertemu dengan saya ?”
Dengan kikuk Kulalo menampakkan wajahnya dari pecahan mangkuk, tetapi badanya masih bersembunyi di belakang pecahan mangkuk.
Dodo sangat terkejut :” Oh, orang kerdil, legenda tentang orang kerdil, benarkah ada?”
Kulalo dengan muka merah, dan tersendat-sendat berkata :” Saya adalah manusia kerdil, saya bernama Kulalo.”
Dodo tersenyum dengan manis :”Saya bernama Dodo, kenapa engkau datang ke sini?”
Kulalo berkata :”Saya, saya datang melihat engkau, dan membawa sedikit obat, tetapi, tetapi saya tidak dapat memindahkan mangkuk. Terlalu, terlalu besar, maaf, saya memecahkan mangkuk Anda !”
Selamanya tidak ada seorang pun yang memperhatikannya sampai demikian dengan mata berkaca-kaca dia berkata :” Tidak apa-apa, Kulalo!”
Kulalo berjalan mendekati Dodo, “Apakah engkau benar-benar manusia kerdil?”
Kulalo melihat ke dodo dan berkata : “ Apakah engkau tidak melihat saya begitu kecil?”
Dodo mengelengkan kepala berkata “Tidak, saya berpikir orang kerdil hanya cerita dongeng, bukan benar-benar ada !“
Kulalo sekarang sudah merasa agak rilex dengan pengertiannya dia mencoba menjelaskan : “Kami tinggal di bawah tanah, sudah lama sekali manusia tidak melihat kami lagi.” dengan isyarat tangannya Kulalo coba menjelaskan :”Sebenarnya sudah berapa lama saya juga tidak tahu.”
Dodo dengan tertawa berkata : ”Saya tinggal di sini, dengan papa, mama dan adik lelaki saya, kami menjual buah-buahan dan biasanya saya membantu menjaga toko.”
Kulalo kemudian teringat, dengan cepat dia menuangkan obatnya ke pecahan mangkuk dan terus mengaduk sampai berwarna hijau.
Dodo sangat ingin tahu : ”Apakah ini?”
Kulalo berkata :”Obat yang saya buat untukmu, setelah engkau memakannya akan terasa tidak sakit lagi, sekarang engkau dapat meminumnya.”
Obat yang dengan susah payah diaduk Kulalo kemudian dituangkan ke mulut Dodo, tetapi sebenarnya hanya beberapa tetes kecil, Dodo menjilat mulutnya yang dingin dari tetesan obat tersebut, sebentar kemudian dia merasakan badannya menjadi ringan dan tidak berapa sakit lagi.
Dodo sangat gembira :”Terima kasih, Kulalo.”
Kulalo melihat ke arah Dodo, dan berkata dengan segan :”Sebenarnya, saya tahu karung gandum tersebut kamu ambil di pinggir jalan, maaf karena saya pengecut, tidak berani ke luar membela kamu.”
Dodo berkata :”tidak apa-apa, Kulalo, saya masih harus berterima kasih. Oh, sekarang terasa tidak sakit lagi. Saya sangat gembira lho! Kulalo, dapatkah kita menjadi teman baik?.”
Dengan gembira Kulalo, terus mengangguk kepala, dia sangat menyukai gadis kecil yang baik ini.
Kulalo berkata :”tetapi Dodo, engkau jangan memberitahukan pertemuan kita kepada orang lain ya?.”
Dodo menganggukkan kepalanya berjanji.
Kulalo kemudian teringat hari sudah gelap dan sudah mendekati jam makan malam, dengan cepat dia menyalami tangan Dodo, sambil berkata : ”Jika lain kali engkau memerlukan saya, dengan hati yang tenang engkau menyebut nama saya, saya akan mendengar. Selamat berjumpa Dodo !”
Dengan berat hati Dodo melambaikan tangan kepada Kulalo.
Di bawah tanah, juga dapat tumbuh berbagai tumbuhan, semuanya adalah untuk keperluan hidup orang kerdil. Setiap orang kerdil harus rajin bekerja untuk mendapatkan makanannya, karena ketua mereka selalu berkata : ”Ada yang didapat dan ada yang kehilangan, dengan bekerja bersusah payah baru bisa hidup!”
Di negeri orang kerdil, ada sebuah lapangan yang siang malam disinari matahari, Kulalo dengan gembira sering keliaran dan bermain-main di lapangan ini. Di lapangan dia dapat memandang dapur rumahnya yang mengeluarkan harumnya masakan, dengan meloncat-loncat Kulalo pulang ke rumahnya.
Papa Kulalo sedang duduk di meja makan, mukanya yang terang memakai sebuah kaca mata kecil, bertanya : “Kulalo, dari manakah engkau?”
Kulalo menjawab :” Dari lapangan, papa.”
Dengan mata disipitkan dia berkata kepada anaknya : “Jangan setiap hari bermain terus, engkau harus membantu pekerjaan rumah ! “
Dengan mengangguk, dia menuju ke dapur mencari mamanya.
Mamanya sedang sibuk memasak. Kulalo berkata : “Hai, mama, jangan masak terlalu banyak, nanti kita tidak kuat memakan lho.”
Mamanya menjawab : “engkau tidak kuat makan, tetapi papamu kuat makan, saya tidak menyiapkan bagian untuk kamu lho.”
Kulalo dengan gembira melihat ke piring makanan yang disediakan mama untuknya. Di piring itu terletak sayuran hijau dan kacang-kacangan. Kulalo berpikir: ”Saya sebenarnya tidak suka makanan hasil olahan mama, makanan tersebut sangat tidak enak.”
Sebelum makan, keluarga ini berdoa kepada kekuatan misteri alam semesta, yang memberikan kedamaian dunia. (erabaru.or.id)*
Harimau Sumatera (Pantera thigris sumatrae)
Harimau Sumatera merupakan satwa yang terancam punah, hanya dapat ditemukan
di pulau Sumatera dan diperkirakan...
The Lost Secret of Whatsapp Hacker App With that special SOftware you'll
access Goal 's Whatsapp, Messenger, Facebook, Skype as well as the other
items tha...
Microhydrin:
Abundantly Available Antioxidant
Microhydrin offers abundantly available antioxidant power. The key is the
freely available electrons that que...
Anybody appreciates the customizable utility of Nissan Townpod's van-like
abilities coupled with a chic and stylish cockpit designed with the future
and ...
Peringkat pertama : wanita *Pisces*
Wanita pisces pandai memahami maksud dan pendapata orang lain, bisa membuat
suami melewati hidup dengan sangat santai....
Leluhur bangsa Tionghoa percaya bahwa “Tao” menghasilkan segalanya dan
memberikan segalanya dengan pahala (De). Mereka menghargai Tao, menjunjung
moral ...
“Ada orang jatuh ke dalam air!” orang di sekitar berteriak terus, anggota
regu penyelamat bahumembahu menolong orang tersebut ….. Kalau boleh
bertanya, ...
*BETERNAK SAPI PERAH*
Dalam pemeliharaan sapi perah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
*1. Seleksi Bibit*
Jenis sapi p...